Masalah perselingkuhan ada semenjak manusia mengenal konsep cinta dan ketertarikan dalam hubungan asmara, tentu saja. Menukil perkataan penyair Sapardi, bahkan cinta sendiri barangkali ada sejak sejak Adam bertemu Hawa dan akan tetap menjadi masalah sepanjang keberadaan manusia.
Baca juga: Ariel Tatum jadi Ayu di film "Selesai" setelah lama tak berakting
Sebelum perilisan film “Selesai”, Tompi selaku sutradara pada pekan lalu, Senin (9/8), sempat mengakui beberapa orang masih meragukan kisah perselingkuhan yang ditawarkan oleh tim produksinya. “Ah, ini tentang perselingkuhan, basi temanya,” tutur Tompi menirukan komentar warganet saat diskusi virtual dengan media.
“Pada dasarnya semua film di dunia temanya itu-itu saja. Yang bikin basi atau enggak basi itu bergantung eksekusinya,” lanjutnya.
Premis cerita boleh sederhana dan klise, namun pengemasan ide kreatif yang digagas sutradara dan penulis skenario menjadi penentu utama seberapa jauh suatu karya film dapat menggugah sisi pengalaman sinematik.
Film dinikmati terutama karena menyimpan daya tarik yang tak dimiliki karya seni dalam medium lain, yakni perpaduan pengembangan karakter dan sinematografi. Tanpa kekuatan dua unsur ini, film yang ditampilkan akan terasa hambar dan datar.
Baca juga: Jenuh di rumah, Ariel Tatum cari kegiatan positif
Berkat tangan dingin Tompi yang andal dalam fotografi dan Imam Darto sebagai penulis skenario, film “Selesai” yang tayang di Bioskop Online sejak Jumat lalu, (13/8), tampil percaya diri menjawab keraguan terhadap tema perselingkuhan, terutama menawarkan dinamika serta kepuasan pengalaman sinematik bagi penonton.
“Saya senang sekali dengan gambar-gambar yang tidak flat, bermain dengan lighting, ada shadow dan highlight, serta warna yang teratur,” kata Tompi dengan antusias.
Visualisasi rasa kesedihan hingga amarah akibat perselingkuhan tak selamanya identik dengan mood dan tone warna gelap-kelam. Pada musik latar, tak selamanya berdengung irama pilu-sendu bahkan lirik-lirik picisan.
Tompi tampaknya hendak menunjukkan berbagai sisi kompleksitas perselingkuhan dengan membongkar sekat-sekat itu.
Baca juga: Ariel Tatum suka mobil klasik
Di dalam film “Selesai”, Tompi bermain-main dengan mood dan tone warna yang kalem juga hangat, ditambah permainan tata cahaya yang konsisten sepanjang film. Mood dan tone warna ini seolah-olah berada di pertengahan spektrum emosi, tak terlalu terang menyengat mata juga tak terlalu gelap.
Tak lupa, mood dan tone warna yang dibangun Tompi dipadupadankan dengan musik latar yang kadang-kadang jenaka, kadang-kadang lara tanpa berlebihan.
“Berangkat dari dari ilmu komposisi fotografi, akhirnya saat nge-direct film ini pun saya sangat terlibat dengan gambar. Jadi DOP (Director of Photography) tidak bekerja sendiri, dia benar-benar jadi perpanjangan tangan dari apa yang ada di kepala sutradara,” cerita pelantun tembang “Menghujam Jantungku” itu.
“DOP menerjemahkan apa yang saya mau. Kalau enggak dapat, ya, bongkar lagi sampai dapat apa yang saya mau,” tambahnya.
Film “Selesai” menjadi penanda kali kedua kolaborasi Tompi bersama Imam Darto setelah film “Pretty Boys” (2019). Darto mengakui tantangan terbesar pada proyek film kali ini terletak pada proses pengembangan karakter yang harus linier dengan lokasi syuting yang dibatasi selama pandemi.
“Karena kami tidak boleh terlalu banyak syuting di luar rumah, tantangan terbesar adalah bagaimana menciptakan layer of layer konflik karakter-karakter di dalam cerita agar tetap menarik walaupun pergerakannya hanya di dalam rumah,” terang Darto.
Baca juga: Pengalaman sulit cari RS jadi inspirasi Imam Darto gagas makan gratis
Pada porsi tertentu, film “Selesai” mampu menunjukkan sisi kompleksitas perselingkuhan. Selain pembawaan sinematografis, pengembangan karakter para aktor digarap dengan apik, terutama bila kita menyimak pergerakan karakter Ayu (istri Broto, diperankan Ariel Tatum) sejak awal hingga akhir cerita. Karakter Ayu ditampilkan dengan cukup kompleks sehingga penonton akan terkejut menemukan plot twist yang tak diekspektasikan sebelumnya.
Namun, jika bicara konflik inti perselingkuhan, film “Selesai” tampaknya tak jauh-jauh dengan narasi istri idaman yang tersakiti, perebut laki-laki orang (pelakor) yang tak menunjukkan rasa bersalah (Anya, diperankan Anya Geraldine), juga suami yang tidak kapok berselingkuh (Broto, diperankan Gading Marten).
Sayangnya, film “Selesai” tak “seekstrem” yang dibayangkan jika hendak melangkah pada gagasan pendobrak tabu dan stigma di kehidupan masyarakat sosial. Porsi Anya sebagai pelakor belum dieksplorasi lebih tajam dari berbagai perspektif dan hanya muncul pada adegan-adegan tertentu saja.
Penyelesaian konflik juga tampak terburu-buru. Meski patut diakui, plot twist yang dimainkan Ayu membuat penonton mempertanyakan ulang keberpihakan mereka terhadap ketiga karakter.
Terlepas dari itu, dialog antar-karakter saat menghadapi konflik begitu jujur, straightforward, dan apa adanya adalah sesuatu yang patut diapresiasi. Tompi tak segan-segan menyelipkan kata-kata vulgar yang dianggap tabu dalam kultur konservatif dalam dialog filmnya. Eksplorasi dialog pada hakikatnya turut memotret realita spektrum emosi, baik amarah dan kesedihan terpendam akibat perselingkuhan, yang galib terjadi pada pasangan muda masa kini.
Film “Selesai” merupakan cermin kegairahan seorang Tompi menuju kematangan dalam karya sinema. Penataan gambar pada film keduanya ini sangat “khas” Tompi. Meski, tentu saja, tingkat kematangan perlu diuji setelah sutradara menelurkan berbuah-buah karya beserta kritik karya dari kritikus dan penikmat film.
Film berdurasi 83 menit ini telah tayang terbatas mulai 13 Agustus 2021 di situs www.bioskoponline.com atau aplikasi Bioskop Online.
Baca juga: Tips membuat podcast ala Podkesmas
Baca juga: Andien gandeng Tompi dan Ifa Fachir hadirkan single baru
Baca juga: Trie Utami dan Tompi kolaborasi lewat "Kamu"
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021