"Sejatinya, RAPBN merupakan salah satu instrumen untuk memotivasi pelaksana anggaran. Untuk itu, anggaran harus menantang, masuk akal, dan terukur Target pertumbuhan ekonomi 5-5,5 persen tentu menarik untuk dicermati lebih lanjut. Target seperti itu amat memotivasi," ujar Paul saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Paul menyampaikan, Indonesia sudah lepas dari lembah resesi setelah ekonomi mampu tumbuh positif 7,07 persen pada kuartal II 2021. Menurutnya, hal itu penting sebagai batu loncatan untuk melangkah lebih strategis pada kuartal III 2021.
Baca juga: Presiden targetkan pertumbuhan ekonomi 5-5,5 persen pada 2022
"Meski (pertumbuhan ekonomi 2021) diprediksi bakal mencapai sekitar 4 persen, namun pencapaian pertumbuhan positif itu penting," kata Paul.
Ia menambahkan, dengan target pertumbuhan ekonomi 2022 tersebut, tentu dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) akan lebih tinggi lagi untuk mampu mendorong pertumbuhan konsumsi masyarakat, seperti bantuan sosial, diskon listrik, dan bantuan lainnya.
Selain itu, Paul juga menilai peran perbankan untuk mengucurkan kredit ke UMKM amat mendesak dan penting.
"Karena segmen itu mampu menyerap 100 juta lebih tenaga kerja. Alhasil, upaya itu mampu menekan tingkat pengangguran," ujarnya.
Kemudian, lanjut Paul, pemerintah harus mendorong percepatan vaksinasi nasional sebagau syarat utama untuk memulihkan ekonomi nasional.
Baca juga: Presiden: Investasi harus terintegrasi dengan pertumbuhan ekonomi
"Selain itu, pemerintah juga berani melakukan tax amnesty jilid 2 untuk membantu pendapatan pemerintah. Hal itu diikuti pula oleh upaya efisiensi bagi semua kementerian sebagai langkah strategis dalam menyiapkan defisit anggaran yang harus turun lagi menjadi maksimal 3 persen," kata Paul.
Dalam pidato penyampaian RUU APBN Tahun Anggaran 2022 dan Nota Keuangan pada Rapat Paripurna DPR-RI Tahun Sidang 2021 - 2022, Presiden Joko Widodo menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada kisaran 5 - 5,5 persen pada 2022.
Presiden menekankan perkiraan target pertumbuhan ekonomi sebesar tersebut juga memerhatikan kewaspadaan terhadap perkembangan pandemi COVID-19 yang masih sangat dinamis. Presiden Jokowi menekankan bahwa pemerintah akan mengerahkan seluruh sumber daya, analisis ilmiah, dan pandangan ahli untuk mengendalikan pandemi COVID-19 di Indonesia agar pemulihan ekonomi dan kesejahteraan sosial dapat dijaga serta terus dipercepat dan diperkuat.
Jokowi mengatakan tingkat pertumbuhan ekonomi ini juga menggambarkan proyeksi pemulihan yang cukup kuat, didukung oleh pertumbuhan investasi dan ekspor sebagai dampak pelaksanaan reformasi struktural. Namun, kewaspadaan tetap diperlukan mengingat ketidakpastian global dan domestik dapat menyumbang risiko bagi pertumbuhan ekonomi ke depan.
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021