• Beranda
  • Berita
  • Sejumlah elemen masyarakat menggelar refleksi "17-an" di Surabaya

Sejumlah elemen masyarakat menggelar refleksi "17-an" di Surabaya

17 Agustus 2021 14:27 WIB
Sejumlah elemen masyarakat menggelar refleksi "17-an" di Surabaya
Sejumlah elemen masyarakat menggelar refleksi kemerdekaan "17-an" dalam rangka memperingati HUT Ke-76 Republik Indonesia, di Posko Saling Jaga, Jalan Mawar, Kota Surabaya, Selasa (17/8/2021). ANTARA/HO-Arek Jogoboyo

Berbuat kebaikan adalah jalan untuk mencapai surga masing-masing individu

Sejumlah elemen masyarakat menggelar refleksi kemerdekaan "17-an" dalam rangka memperingati HUT Ke-76 Republik Indonesia, di Posko Saling Jaga, Jalan Mawar, Kota Surabaya, Jawa Timur, Selasa.

Perwakilan GusDurian Peduli Yuska Harimurti mengatakan, dalam refleksi kemerdekaan ini lebih menekankan pentingnya gotong royong dalam rangka percepatan penanganan pandemi COVID-19 khususnya di Surabaya.

"Pandemi ini adalah masalah bersama, maka setiap warga tanpa kecuali seharusnya harus bisa bergotong royong untuk menghadapinya," kata Yuska.

Menurut dia, jika bangga disebut sebagai bangsa yang ramah dan suka bergotong royong, maka sekarang adalah saat yang tepat untuk membuktikannya.

Elemen masyarakat yang ikut refleksi, di antaranya GusDurian Peduli, Perhimpunan Indonesia Tionghoa (Inti), dan Arek Jogoboyo. Refleksi kemerdekaan yang digelar dengan protokol kesehatan yang ketat itu dipimpin seniman Surabaya M Djadi Galajapo.

Pada saat detik-detik proklamasi mereka melakukan serangkaian kegiatan mulai dengan mengheningkan cipta, berdoa, menyanyikan lagu Indonesia Raya, membacakan teks proklamasi dan berbagi sembako untuk 40 warga penyandang disabilitas di Surabaya.

Para penyandang disabilitas yang mendapat bantuan sembako kebanyakan adalah para pekerja dengan upah harian, mulai dari pedagang kopi, tukang pijat, dan lainnya.

Perwakilan Arek Jogoboyo Badrut Tamam mengatakan, berbuat kebaikan pada saat pandemi seperti sekarang ini adalah perbuatan mulia.

"Berbuat kebaikan adalah jalan untuk mencapai surga masing-masing individu," ujarnya.

Perwakilan Perhimpunan Indonesia Tionghoa Richard Susanto menyatakan bahwa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) adalah risiko yang harus dihadapi di saat warga belum optimal menjalankan protokol kesehatan.

"Untuk mengatasi dampaknya setiap orang tanpa memandang suku, agama, dan status sosialnya wajib untuk bahu-membahu mengatasinya," katanya pula.
Baca juga: Wali Kota: HUT ke-76 RI di Surabaya jadi penyemangat lawan COVID-19
Baca juga: Rumah Bung Karno di Surabaya untuk edukasi kebangsaan

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2021