yang menjadi tujuan utama adalah pendidikan, dan pendidikan itu tentang kebudayaan
Architectural and Urban Heritage (Associate Proffesor in National Univiersity of Singapore) Prof. Johannes Widodo mengatakan pemikiran generasi muda Indonesia mengenai jalur rempah harus diubah.
“Apakah jalur rempah hanya untuk turisme? Turisme itu kan hanya produk. Sementara yang menjadi tujuan utama adalah pendidikan, dan pendidikan itu tentang kebudayaan,” kata Johannes dalam talkshow daring “Telusur Jalur Rempah: Melihat Pengaruhnya pada Arsitek Nusantara” di Jakarta, Selasa.
Johannes mengatakan jalur rempah Indonesia tidak hanya berbicara soal bagaimana proses perdagangan rempah saja, tetapi juga berbicara soal budaya arsitektur dan pendidikan.
Baca juga: Arsitek minta Indonesia perbanyak riset manfaatkan kekayaan arsitektur
Ia menjelaskan bila berbicara soal jalur rempah, masyarakat perlu menghitung mundur waktu dari 7.000 tahun yang lalu agar dapat memahami sifat dasar dari kebudayaan Indonesia itu sendiri.
Johannes mengatakan generasi muda saat ini perlu mengetahui bahwa negara lain bisa menjajah Indonesia karena adanya kebodohan dan penolakan. Namun, Indonesia memiliki posisi dan derajat yang sama tingginya dengan negara lain.
“Ini manfaat merangsang kita meninjau kembali teks book dan pembelajaran apa yg kita berikan pada anak-anak kita apakah kita masih pakai peta-peta proteksi yang dilebarkan? atau peta yg digantung di dinding ekuator dilebarkan equal area yang kita pakai? Sehingga bentuk petanya bagi kita itu distorsi tapi membantu anak anak didik diruang kelas bisa melihat secara visual bahwa proporsi Indonesia lebih besar dari Amerika, lebih besar dari Eropa?,” kata dia menegaskan ilmu yang didapatkan generasi sekarang harus diubah.
Baca juga: Arsitek: Jalur rempah mempengaruhi bangunan arsitektur di Indonesia
Arsitek Jaringan Arsip Arsitektur Indonesia (JAAI) Mohammad Cahyo Novianto juga mengatakan pemikiran soal jalur rempah saat ini masih bersifat Jawa sentris.
“Yang menarik ketika mempelajari jalur rempah itu adalah memperkaya narasi ke-Indonesiaan kita yang selama ini mungkin terlalu Jawa sentris. Secara internal,” kata Cahyo.
Ia mengatakan jalur rempah merupakan bagian dari peradaban yang di dalamnya terdapat daerah-daerah yang banyak menyumbangkan peradaban untuk masa depan namun tidak disebutkan.
Baca juga: Kemendikbudristek lomba penulisan dan foto tentang rempah-rempah
Cahyo menyarankan agar pemikiran soal jalur rempah tersebut diubah mulai dari Jakarta yang merupakan pusat Ibu Kota menuju setiap pulau yang ada di Indonesia.
“Jadi selama ini narasi ke-Indonesiaan kita itu dibawa dengan menyalakan obor dari Jakarta dari pusat kekuasaan, pelan-pelan nyalakan lilin ke penjuru negeri. Menurut saya, yang praktis dan langsung sudah disampaikan oleh Pak Johannes. Bagaimana kita memperkaya ke Indonesiaan kita dari penjuru negeri,” kata dia.
Baca juga: Denpasar jadi tujuan muhibah budaya dan festival jalur rempah 2021
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021