Berdiam diri di rumah sambil menatap layar gawai rupanya bisa menjadi hal yang membosankan, sehingga banyak orang kemudian mencoba untuk melakukan sesuatu yang lebih berfaedah meskipun hanya "rebahan di rumah saja".
Hal ini terungkap melalui riset experience perdana yang dilakukan oleh Kantar, mewakili Mastercard Global Foresights, Insights and Analytics, pada bulan Desember 2020.
Riset ini dilakukan melalui jajak pendapat atau survei daring yang berlangsung selama 20 menit terhadap 17.895 konsumen di 18 negara di lima wilayah secara global (Amerika Utara, Eropa, Amerika Latin dan Karibia, Timur Tengah dan Afrika, serta Australia), dengan rata-rata 1.000 interview di tiap-tiap negara. Adapun responden yang dipilih berusia lebih dari 18 tahun.
Penemuan dari riset Experience perdana Mastercard ini mengungkap bahwa orang-orang menyadari pentingnya pengembangan diri. Mereka bersedia untuk menginvestasikan waktu dan tenaga untuk mencoba berbagai pengalaman yang dapat membuat mereka tetap bersemangat, bahkan setelah momen tersebut berakhir.
Baca juga: Pengalaman Gading Marten berwisata di tengah pandemi
Sebanyak 81 persen responden lebih memilih pengalaman yang dapat dilakukan bersama keluarga dan teman, dan ingin mengunjungi tempat-tempat baru agar mereka dapat melihat dan melakukan hal-hal yang belum pernah dilakukan sebelumnya (71 persen).
Selain itu, sebanyak 66 persen responden juga terbuka terhadap pengaruh budaya dan pengalaman mempelajari budaya-budaya baru. Pengalaman yang memungkinkan para konsumen untuk terhubung dengan orang-orang yang penting bagi mereka merupakan faktor paling utama yang membuat sebuah pengalaman terasa lebih berharga.
"Mastercard telah sejak lama menjadi sebuah brand yang menghubungkan satu orang dengan orang lain dan minat mereka,” kata Raja Rajamannar, Chief Marketing and Communications Officer Mastercard dalam keterangannya diterima Rabu.
Pandemi telah mendorong orang untuk mempertimbangkan kembali apa yang mereka cari dari sebuah pengalaman, dan brand harus menyusun strategi bagaimana cara memberikan pengalaman tersebut.
"Temuan-temuan dari riset ini membantu Mastercard untuk memahami apa yang dianggap bernilai oleh orang-orang di masa-masa ini, dan pengalaman seperti apa yang dapat diberikan oleh perusahaan untuk membantu menciptakan momen-momen dan kenangan-kenangan yang benar-benar berharga,” tambah Rajamannar.
Baca juga: Pengalaman menjadi turis asing di negara berpandemi
Dari riset tersebut diambil beberapa kesimpulan bagaimana pandemi mempengaruhi kesejahteraan mental banyak orang termasuk dalam hal bersosialisasi.
Selama pandemi, orang lebih fokus pada teknologi yang mendukung kesejahteraan (22 persen), istirahat dan keseimbangan (29 persen), dan aktivitas-aktivitas yang menenangkan (30 persen). Dengan memberikan fokus lebih terhadap diri sendiri untuk meningkatkan ketahanan membuat mereka memprioritaskan kesejahteraan mental (85 persen), emosional (83 persen), dan fisik (83 persen) sebagai upaya untuk menemukan energi untuk terhubung dengan orang lain.
Bergantung pada teknologi
Selama pandemi banyak orang harus berkegiatan di dalam rumah termasuk bekerja dari rumah. Tekanan baik dari pekerjaan maupun rasa jenuh karena "terputus" dengan "sosialisasi dunia luar" menjadikan banyak orang mengalami depresi.
Salah satu cara untuk tetap terhubung dengan "dunia luar" kini melalui teknologi. Baik pekerjaan, keluarga dan teman, semua bergantung pada teknologi.
Pada akhirnya relaksasi dan hiburan juga diperoleh dari teknologi seperti bermain game online. Kegiatan di luar ruangan menjadi hal langka yang "mahal serta mewah" bagi sebagian besar orang.
Baca juga: Pengalaman Adinia Wirasti syuting saat pandemi
Dari riset tersebut diketahui bahwa hampir separuh responden yang disurvei setuju bahwa penting bagi mereka untuk menghabiskan waktu terlepas dari perangkat seluler tanpa gangguan apa pun. Lebih dari itu, responden memilih petualangan di luar ruangan sebagai aktivitas yang dilakukan untuk menghabiskan waktu selagi mereka terlepas dari perangkat seluler.
Secara global, terdapat minat di atas rata-rata (indeks 100) di antara para responden yang mencari alam dan ruang terbuka sebagai pelarian dari aktivitas sehari-hari, lebih memilih perjalanan darat, berolahraga, liburan ke tempat terpencil, serta berkemah dan mendaki.
Menghargai kebersamaan
Hampir tiga perempat responden mengatakan bahwa mereka melakukan berbagai upaya untuk memiliki waktu berkualitas bersama teman dan keluarga.
Selain itu, responden juga mengungkapkan bahwa hal yang membuat sebuah pengalaman terasa sangat berharga adalah kesempatan untuk terhubung bersama orang-orang yang penting bagi mereka.
Orang mendefinisikan waktu berkualitas sebagai waktu yang dihabiskan bersama orang yang penting bagi mereka (60 persen), dan melakukan sesuatu yang mereka sukai (40 persen). Sebanyak 62 persen responden secara global lebih menyukai pengalaman inklusif, yang terbuka bagi berbagai kelompok orang (68 persen Gen Z dan 67 persen milenial), dan 41 persen mengatakan bahwa penting bagi mereka untuk merasa diterima dan dapat menjadi diri sendiri saat menghabiskan waktu berkualitas bersama orang lain.
Baca juga: Cerita Cut Meyriska tentang pengalaman melahirkan saat pandemi
“Setelah satu tahun berlalu dengan berbagai keterbatasan gaya hidup, kebutuhan konsumen terhadap pengalaman yang berkesan dan dapat dibagikan pun semakin bertambah besar,” ujar Wayne Levings, President Kantar Global.
Levings menambahkan setelah pandemi berlalu, pihaknya tidak memprediksikan para konsumen mencari pengalaman dalam jumlah banyak, melainkan pengalaman yang memberikan dampak dalam jangka panjang, seperti hal-hal yang tidak dapat dilupakan dan dapat dihidupkan kembali melalui cerita, pengalaman yang dapat membawa perubahan positif terhadap diri sendiri, atau pengalaman yang memberikan dampak bagi komunitas.
“Brand menghabiskan waktu bertahun-tahun dan jutaan dolar untuk mendorong perubahan perilaku di antara para audiens mereka. Kemudian datanglah masa-masa pandemi seperti saat ini yang mengubah seluruh perilaku masyarakat secara instan. Brand-brand yang akan berhasil menangkap momen ini adalah mereka yang meletakkan kepentingan konsumen dalam segala hal yang mereka lakukan, memiliki kesadaran dan empati sosial yang besar, serta mampu beradaptasi ke ruang digital secara cepat," ujar kata Rustom Dastoor, Senior Vice President, Head of Marketing and Communications, Asia Pacific, Mastercard.
Mastercard memanfaatkan hasil penelitian ini untuk memberikan pengalaman baru yang menghubungkan orang dengan minat mereka, membantu mereka merasakan kebahagiaan yang lebih dalam, mengubah mereka menjadi pribadi yang lebih baik, bahkan untuk lingkungan sekitar mereka.
Baca juga: Begini pengalaman pasangan asal India menikah di tengah corona
Pengalaman-pengalaman tersebut tersedia dalam platform Priceless.com, pusat pengalaman gaya hidup dari Mastercard yang terus diperbaharui secara berkala dengan pengalaman-pengalaman baru untuk menjawab berbagai minat dari seluruh dunia.
Beberapa contoh pengalaman yang dapat dinikmati konsumen saat ini, misalnya; mengikuti kelas menyeduh kopi dan mixology bersama juara barista asal Indonesia Mikael Jasin hingga bergabung dengan fisikawan Javier Santaolalla mempelajari bagaimana Museo Nacional Thyssen-Bornemisza dari Spanyol menghasilkan seni ikonik yang berkelanjutan.
Pada intinya riset ini membuktikan bahwa sebelum pandemi mengajarkan betapa berharganya kebersamaan yang sebelumnya tidak terlalu dipedulikan. Saat berkumpul bersama keluarga atau teman, masih ada sejumlah orang yang sibuk dengan gawai mereka.
Namun kini saat pandemi terjadi, tidak hanya "me time" dan pengembangan diri saja yang menjadi penting. Kebersamaan dan waktu berkualitas bersama orang terkasih merupakan sebuah prioritas bagi banyak orang.
Baca juga: Pengalaman Raisa dan Hamish Daud urus anak saat pandemi
Baca juga: Pengalaman hidup selama pandemi bagi Andien hingga Nikita Willy
Pewarta: Maria Rosari Dwi Putri
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2021