Presiden kelima Republik Indonesia sekaligus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Megawati Soekarnoputri menegaskan Purnapaskibraka adalah kader bangsa yang utama dan harus menjadi tameng Pancasila....yang tahu benar apa arti Pancasila, yang harus menjadi tameng Pancasila
Saat memberikan pembekalan kepada Purnapaskibraka Duta Pancasila, di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu, sebagaimana disaksikan melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden, di Jakarta, Megawati menegaskan Purnapaskibraka adalah kader bangsa yang utama dan harus menjadi tameng Pancasila.
"Kalau dipikir kalian akan menjadi kader-kader bangsa utama, yang tahu benar apa arti Pancasila, yang harus menjadi tameng Pancasila, dan itu tidak hanya digembar-gemborkan tapi dilakukan, dilaksanakan. Itulah mengapa kami dari BPIP membangun untuk Purnapaskibraka menjadi Duta Pancasila," ujar Megawati.
Megawati menyampaikan dirinya menerima informasi terdapat sedikitnya 25.000 Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) yang mendaftarkan diri setiap tahun.
Menurut Megawati, Paskibraka tersebut harus diaktifkan sebagai penjaga Pancasila.
Oleh sebab itu, Purnapaskibraka atau Paskibraka yang telah selesai melaksanakan tugas, diputuskan akan menjadi Duta Pancasila.
"Tapi saya mengatakan jangan sembarangan, harus lewat testing ketat. Mengertikah pemuda-pemudi kita ini arti Pancasila, bagaimana melaksanakannya, mengertikah mereka kalau ideologi itu digoyang apa yang harus diperbuat," ujar Megawati.
Pada kesempatan tersebut Megawati cukup banyak menyampaikan cerita sejarah dan pesan-pesan pengobar semangat kepada Purnapaskibraka Duta Pancasila.
Putri Bung Karno itu sempat bercerita bahwa dirinya dulu juga pernah bertugas sebagai Pasukan Pengibar Bendera Pusaka.
"Saya pun sebetulnya purna juga, karena saya pernah menjadi seperti kalian pembawa Bendera Pusaka. Kalau saya waktu itu alhamdulillah masih asli (Bendera Pusaka asli). Saya yang membawa," kata Megawati.
Dia juga bercerita ketika masih kecil, dirinya selalu digembleng oleh Bung Karno tentang pemahaman kebangsaan.
"Dulu waktu saya masih kecil, dulu ibu tinggal di sini (di Istana), dulu Ibu pernah naik pohon ini. Itu nostalgianya. Tapi waktu itu orang tua Ibu selalu menggembleng. Selalu ditanyakan, 'Kamu sudah tahu belum warga apa?'. Saya sudah pintar, (saya jawab) 'warga negara Indonesia. 'Bagus' (kata Bung Karno)," ujar Megawati.
Megawati kemudian juga bercerita bahwa Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih bukan sembarang bendera.
"Kalian sudah ditempa membawa sebuah bendera. Bendera itu bukan sembarang bendera. Saya tanya mengapa warnanya merah putih, itu mengambil simbol Kerajaan Majapahit yang namanya umbul-umbul gula kelapa. Jadi merah putih adalah berani dan suci, jadi bukan sembarangan. Yang menjahit Bendera Pusaka kebetulan ibu saya, Ibu Fatmawati," kata dia lagi.
Dia mengatakan bendera merah putih awalnya terpisah. Kain berwarna merah diperoleh Fatmawati dari simpatisan asal Jepang bernama Shimizu. Kemudian kain dijahit menjadi bendera merah putih, dan dikibarkan di Pegangsaan Timur, Jakarta.
"Saya sering bertanya kepada anak muda, kebayang tidak waktu itu, waktu Jepang sudah mulai resah karena melihat akan kalah dengan Sekutu, itu sudah diperhitungkan Bung Karno. Ketika Bung Karno ditanya teman-temannya, 'kapan Bung Indonesia merdeka?', beliau bilang 'kalau terjadi perang Pasifik, di situlah mata rantai penjajahan kita putuskan'. Itu luar biasa lho adik-adik. Cerita ini, bayangkan, kalian yang sudah bisa berdiri begini, coba kalau masih ada Belanda-Jepang, apa masih bisa begini, never, nggak akan," ujar Megawati.
Megawati kemudian menegaskan kepada Purnapaskibraka tentang kemerdekaan. Menurutnya, kemerdekaan terlihat jelas dengan keberadaan taman makam pahlawan.
"Kalau kemerdekaan diberikan, tidak mungkin ada makam pahlawan. Ya enak-enak saja dikasih (kemerdekaan). Sampai Presiden malam-malam harus Upacara Renungan Suci di (Taman Makam Pahlawan) Kalibata, kenapa, supaya kita mengerti hidup kita, yang telah alami alam kemerdekaan tidak ada garansi kalau kalian jadi pemuda-pemudi lembek," ujar Megawati pula.
Baca juga: Presiden ingin Pancasila dibumikan dengan cara baru yang kekinian
Baca juga: Cara Megawati membumikan Pancasila
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2021