Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan neraca perdagangan yang kembali surplus pada Juli 2021 menunjukkan adanya penguatan fundamental pemulihan ekonomi.
"Melesatnya pertumbuhan ekspor dan impor menunjukkan penguatan fundamental pemulihan ekonomi akibat membaiknya permintaan ekonomi global dan domestik," kata Menko Airlangga dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Untuk senantiasa meningkatkan performa pada ekspor dan impor, lanjut Airlanggga, Indonesia akan terus melakukan optimalisasi pada setiap perjanjian kerja sama internasional yang telah diberlakukan.
Baca juga: BPS: RI surplus 15 bulan beruntun, Juli 2021 capai 2,59 miliar dolar
Salah satu perjanjian billateral dengan prospek manfaat yang besar bagi pelaku usaha adalah Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) yang telah berlaku setahun yang lalu atau tepatnya 5 Juli 2020. Perjanjian tersebut mencakup komitmen yang komprehensif meliputi perdagangan barang dan jasa, serta investasi.
“Dengan IA-CEPA, Australia mengeliminasi 100 persen tarif bea masuk pada seluruh komoditas yang berasal dari Indonesia. Pelaku usaha diharapkan mampu memanfaatkan semaksimal mungkin peluang tersebut untuk memacu performa ekspornya ke Australia” ujar Airlangga.
Hingga semester I 2021, ekspor Indonesia ke Australia mencapai 1,61 miliar dolar AS atau mengalami pertumbuhan 41,87 persen pada periode yang sama tahun lalu yang hanya mencapai 1,14 miliar dolar AS. Pertumbuhan tersebut cukup signifikan namun masih dapat ditingkatkan, mengingat adanya potensi yang besar dari kedua negara.
Baca juga: Rupiah ditutup stagnan di tengah surplus neraca perdagangan Juli
“Pemberlakuan IA-CEPA juga diharapkan mampu mendorong pembentukan economic powerhouse bagi kedua negara sehingga ekspor dapat ditingkatkan melalui ekspansi pasar ke berbagai negara. Bagi Indonesia, sinergi dari seluruh pemangku kepentingan menjadi kunci keberhasilan dalam memperoleh manfaat atas skema perjanjian kerja sama tersebut” jelas Airlangga.
Performa ekspor dan impor yang masing-masing tumbuh tumbuh 29,32 persen (yoy) dan 44,44 persen (yoy) sejalan dengan neraca perdagangan Indonesia yang kembali mengalami surplus sebesar 2,59 miliar dolar AS pada Juli 2021.
Ini menjadi surplus Indonesia secara 15 bulan berturut-turut sejak bulan Mei 2020. Surplus tersebut khususnya dialami Indonesia dengan beberapa mitra dagang utama, seperti Amerika Serikat 1,27 miliar dolar AS), Filipina (0,53 miliar dolar AS) dan Malaysia (0,40 miliar dolar AS). Sedangkan, defisit masih terjadi dengan China (0,84 miliar dolar AS), Australia (0,45 miliar dolar AS) dan Thailand (0,27 miliar dolar AS).
Lebih lanjut Airlangga menyampaikan bahwa performa perdagangan internasional Indonesia yang tetap kokoh tersebut akan menjadi penopang ketahanan sektor eksternal Indonesia sekaligus menjadi engine pertumbuhan ekonomi ke depan.
"Pemerintah akan terus menciptakan ekosistem yang kondusif guna mempertahankan performa ekspor dan impor melalui insentif-insentif bagi dunia usaha dan melalui penanganan COVID-19 yang efektif dan terukur," tutur dia.
Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021