• Beranda
  • Berita
  • Epidemiolog: Stop saling lempar tanggung jawab tangani COVID-19

Epidemiolog: Stop saling lempar tanggung jawab tangani COVID-19

19 Agustus 2021 11:29 WIB
Epidemiolog: Stop saling lempar tanggung jawab tangani COVID-19
Tangkapan layar Epidemiolog Unand Padang Defriman Djafri. ANTARA/Ikhwan Wahyudi.
Epidemiolog Universitas Andalas (Unand) Padang Defriman Djafri Phd mengingatkan kepala daerah untuk menghentikan sikap saling lempar tanggung jawab dalam menangani pandemi COVID-19 agar penanganan lebih optimal.

"Selama ini kerap terdengar narasi dalam menangani pandemi di daerah yang berwenang adalah bupati dan wali kota, sedangkan provinsi kewenangan soal anggaran," kata dia di Padang, Kamis, pada sharing session Pengendalian Pandemi COVID-19 di Sumbar diselenggarakan Ombudsman perwakilan Sumbar secara daring.

Defriman menekankan ia tak mau mendengar narasi seperti itu karena yang dibutuhkan adalah kerja sama dan keseriusan menjalankan Satgas yang ada sehingga semua berjalan dengan baik dan proporsional dari hulu sampai ke hilir.

Menurut dia, sebenarnya dalam penanganan pandemi ini Sumbar punya kekuatan karena ada laboratorium pemeriksaan sendiri berbeda dengan provinsi lain sehingga menjadi rujukan nasional dan juga telah ada Perda Adaptasi Kebiasaan Baru.

Baca juga: Kemenkes: Kepatuhan warga Sumbar laksanakan prokes rendah

Baca juga: Panglima tegaskan pentingnya "tracing" saat kunjungi Sumatera Barat


Ia melihat yang menjadi penyebab gagal dan amburadulnya penanganan pandemi ini karena hanya sibuk bicara soal virus penyebabnya saja dan luput mengelola informasi sehingga banyak beredar kabar yang tak benar di masyarakat.

"Itu yang menjadi kekacauan, karena informasi yang bereda membuat masyarakat tidak percaya COVID-19 dan lama-lama jadi tidak percaya pemerintah," katanya.

Ia memberi contoh adanya sikap yang berbeda antara pemerintah dengan ulama dan tokoh adat dan tidak memberikan ruang yang lebih kepada mereka untuk memahami pandemi ini.

"Dengan demikian kebijakan dan langkah penanganan akan sama narasinya antara pemerintah dengan ulama dan tokoh adat," ujar Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Unand ini.

Pada sisi lain ia juga tidak setuju jika ada yang menyatakan varian menjadi kambing hitam peningkatan kasus karena yang jauh lebih penting adalah bagaimana menghadapinya dengan menyiapkan masyarakat.

Ia memaparkan selama penanganan pandemi ini kondisi Sumbar paling baik berada pada Januari 2021 karena saat ini angka testing mencapai 25 ribu orang dan kasus baru cukup rendah saat itu.*

Baca juga: Warga Agam terkonfirmasi positif COVID-19 bertambah 40 orang

Baca juga: Kapolri minta Sumbar kuatkan strategi mitigasi pandemi COVID-19

Pewarta: Ikhwan Wahyudi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021