"Potensi curah hujan masih ada. Untuk puncak kemarau diprakirakan masih di bulan Agustus, belum ada update (pembaruan, red.)," kata Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo di Cilacap, Kamis.
Ia mengatakan berdasarkan data per tanggal 19 Agustus 2021, masih terjadi anomali suhu permukaan laut yang berkisar 1-3 derajat Celcius di Samudra Hindia selatan Jawa.
Menurut dia, hal itu mengakibatkan suhu permukaan laut di Samudra Hindia selatan Jawa masih hangat, sehingga masih berpotensi menyebabkan penguapan dan menimbulkan awan hujan di sekitar Cilacap.
Baca juga: BMKG sebut wilayah Jateng selatan alami gangguan cuaca
Baca juga: BMKG imbau masyarakat waspadai potensi cuaca buruk di Jateng selatan
Kendati demikian, dia memprakirakan potensi hujan tersebut tidak seperti beberapa waktu sebelumnya karena indeks lainnya seperti Dipole Mode Index (DMI) dan sebagainya cenderung tidak signifikan.
"Berbeda dengan sebelumnya, ada beberapa indeks yang muncul bersama-sama (DMI, gelombang Rossby Ekuatorial, dan tipe Low, red.) yang muncul bersama-sama, sehingga menyebabkan hujan ringan hingga sedang di wilayah Cilacap dan sekitarnya," kata Teguh.
Disinggung mengenai prakiraan tinggi gelombang di laut selatan Jawa, dia mengatakan gelombang tinggi masih berpotensi di wilayah perairan selatan Jawa Barat hingga Daerah Istimewa Yogyakarta maupun Samudra Hindia selatan Jabar-DIY karena dipengaruhi oleh angin timuran.
"Angin yang hembusannya cenderung searah dengan kecepatan tinggi, berpotensi mengakibatkan terjadinya gelombang tinggi. Oleh karena itu, kami mengimbau seluruh pengguna jasa kelautan untuk tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya gelombang tinggi karena saat ini masih berlangsung musim angin timuran," kata Teguh.*
Baca juga: BMKG: Cuaca ekstrem berpotensi di Jateng dalam tiga hari ke depan
Baca juga: BMKG: Jateng selatan masih berpeluang terjadi hujan
Pewarta: Sumarwoto
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021