Ketua Kerukunan Keluarga Tabut (KKT) Bengkulu Achmad Syiafril di Bengkulu, Kamis mengatakan, ritual tabut tahun ini tidak sepenuhnya berjalan dengan lancar karena terkendala aturan pembatasan sosial akibat pandemi COVID-19.
Selain itu, beberapa prosesi ritual tabut yang biasanya dilakukan juga terpaksa dipangkas untuk menghindari terjadinya kerumunan massa.
Baca juga: Sandiaga Uno undang UNICEF dalam Festival Taliwang NTB
"Banyak hal yang terpaksa dipangkas karena sesuai dengan imbauan pemerintah dan kita juga tidak menginginkan dalam ritual tabut ini malah mengundang atau menciptakan kerumunan sehingga terjadi penularan COVID-19," kata Syiafril.
Ia menjelaskan, meskipun ada beberapa rangkaian yang dipangkas tetapi tidak menghilangkan makna dari penyelenggaraan tabut itu sendiri.
Selain itu, pemangkasan itu juga tidak mengabaikan tahapan-tahapan dalam ritual tabut yang secara umum diklaim berjalan atau terlaksana dengan sukses.
"Ritual tabut di tengah pandemi COVID-19 tahun ini ibarat buah manggis itu kembali ke tampuknya," ucap Syiafril.
Ia juga menekankan pelaksanaan tabut tahun ini juga sebagai penanda bahwa sudah tidak ada lagi tabut Berkas ataupun tabut Kampung Batu, setelah Penja tabut Imam Senggolo dalam bakul besar tidak lagi dititipkan atau dipinjamkan kepada pihak tertentu.
Kemudian, prosesi pembuangan tabut di Karabela yang mengakhiri rangkaian ritual tabut ini merupakan salah satu kunci dalam ritual tabut.
"Kalau tidak sampai ke Karabela artinya ritual yang dimaksud tidak sepenuhnya utuh. Alhamdulillah, dalam ritual pembuangan ada sekitar lima tabut yang dibuang," katanya menambahkan.
Baca juga: Yogyakarta gelar Musikal Hanacaraka untuk bangkitkan sastra lokal
Baca juga: Lewat festival, Borneo Foundation serukan pelestarian orang utan
Pewarta: Carminanda
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021