Saya kira proses-proses seperti itu yang pemerintah inginkan. Jangan sampai nanti yang mengolah itu di Jepang, atau di China, atau di Korea Selatan, atau di Eropa...Kita harus mengolah sendiri, ada hilirisasi, ada industrialisasi
Presiden Joko Widodo (Jokowi) berdialog dengan para petani generasi milenial, mengenai prospek cerah komoditas porang di sela kunjungannya ke PT Asia Prima Konjac, Madiun, Jawa Timur, Kamis.
Salah satu petani muda yang bercerita kepada Presiden Jokowi adalah Yoyok Triyono, yang merupakan petani porang generasi ketiga di keluarganya. Ia mengikuti jejak kakek dan ayahnya untuk menjadi seorang petani.
Yoyok bercerita kepada Presiden Jokowi mengenai bagaimana menggiurkannya prospek bercocok tanam umbi-umbian yang sedang naik daun tersebut, sehingga menarik minat anak-anak muda di Madiun untuk menggelutinya.
"Petani milenial, petani muda di desa kami (Madiun) kalau zaman dulu lulus sekolah cari kerja di kota. Kalau sekarang tidak Pak, lulus sekolah jadi petani porang, tiga tahun berjuang bertani porang, setelah tiga tahun bawa pulang mobil," ujar Yoyok bercerita seperti dalam keterangan pers Sekretariat Presiden diterima di Jakarta, Kamis.
"Kalau dengar ceritanya yang terakhir tadi, semua ingin jadi petani porang jangan-jangan nanti," jawab Presiden Jokowi diiringi gelak tawa para petani yang hadir.
Yoyok baru mulai menanam porang dari 2010 dan awalnya hanya memiliki lahan seluas 0,3 hektare yang merupakan warisan dari ayahnya.
Sekarang, luas lahan yang dimiliki Yoyok telah mencapai tiga hektare. Menurutnya, porang adalah komoditas yang sangat menjanjikan karena tidak hanya umbinya saja yang laku. Selain itu, porang juga cukup mudah untuk ditanam.
"Alhamdulillah (tahun) 2020 Pak Menteri sudah melepas varietas Madiun 1 dan penangkarnya kami semua, Pak. Jadi berbudidaya tanaman porang tanam sekali, bisa dipanen tahun kedua atau tahun ketiga. Setelah itu bertahap setiap tahun tanpa harus tanam lagi," jelas Yoyok.
Baca juga: Presiden minta Mentan serius tangani porang agar jadi unggulan ekspor
Banyaknya anak muda yang ingin menggeluti porang juga diamini oleh Didi Kuswandi, seorang petani dari Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun. Menurutnya, saat ini banyak generasi milenial yang pandangannya terhadap petani telah berubah.
Porang atau dalam bahasa latin disebut Amorphopallus Muelleri Blume merupakan tanaman umbi-umbian yang memiliki banyak keunggulan. Selain rendah kalori dan juga bebas gula, porang bisa diolah menjadi berbagai bahan makanan hingga bahan kosmetik.
Presiden Jokowi menilai komoditas ini sebagai produk yang menjanjikan dan memiliki masa depan cerah.
Kepada para petani muda, Presiden Jokowi menitipkan pesan agar tidak hanya mengerjakan di lahan pertaniannya saja, tetapi juga bisa mengolahnya hingga pascapanen.
Ia pun mendorong agar para petani bisa mengolah umbi porang menjadi barang jadi, misalnya menjadi keripik, seperti halnya yang dilakukan PT Asia Prima Konjac pada awal berdirinya.
"Saya kira proses-proses seperti itu yang pemerintah inginkan. Jangan sampai nanti yang mengolah itu di Jepang, atau di China, atau di Korea Selatan, atau di Eropa, nggak. Kita harus mengolah sendiri, ada hilirisasi, ada industrialisasi, sehingga nilai tambah betul-betul ada di dalam negeri," kata Presiden Jokowi.
Baca juga: Nilai ekspor porang tahun 2020 capai Rp923,6 miliar
Selain mudah ditanam dan mudah dipelihara, porang juga memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi.
Warsito, seorang petani dari lereng Gunung Wilis bercerita kepada Presiden bahwa dari satu hektare lahan ia bisa memperoleh 15 hingga 20 ton umbi porang dalam rentang waktu tanam 8 bulan.
"Dari angka itu rupiahnya berapa kalau boleh tahu?" tanya Presiden Jokowi.
"Kurang lebih sekitar Rp35-40 juta," jawab Warsito.
Di akhir dialog tersebut, Presiden Jokowi menjelaskan bahwa pemerintah ingin membangun sebuah ekosistem yang saling menguntungkan di mana selain masyarakatnya untung, lingkungan sekitarnya juga dapat terjaga dengan baik.
Untuk itu ia mendorong Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo untuk membuat perencanaan besar terkait prospek porang sebagai sebuah primadona komoditas pertanian baru.
"Kalau dulu karena masyarakat di sekitar Perhutani tidak sejahtera, akhirnya yang dilakukan adalah penebangan. Tetapi kalau ini nanti bisa betul-betul masif berkembang di seluruh wilayah Jawa atau di luar Jawa, saya kira akan betul-betul mengurangi masyarakat kita untuk merambah atau merusak hutan. Saya kira arah ke depannya akan seperti itu. Artinya, memang porang ini sangat menjanjikan dan sekali lagi saya harapkan Pak Menteri ada sebuah target-target angka yang harus kita punyai sehingga para petani ini betul-betul memiliki sebuah panduan arah ke mana porang ini akan dibawa," jelas Presiden Jokowi.
Pertanian sendiri merupakan salah satu sektor yang tetap bisa tumbuh di tengah pandemi COVID-19. Presiden menyebut komoditas pertanian di kuartal I tahun 2021 bisa tumbuh 2,95 persen di saat sektor yang lain jatuh.
"Oleh sebab itu, saya terus menyampaikan kepada Menteri Pertanian agar yang namanya porang ini betul-betul diperhatikan, ada rencana jangka sedang dan jangka panjang, jangan sampai ekspornya dalam bentuk mentahan atau umbi-umbian, kalau bisa nilai tambah itu ada di dalam negeri," ujar Presiden Jokowi.
Baca juga: Mentan cicipi beras porang shirataki hasil produksi Madiun
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021