Ketua Tim Pakar Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito menyampaikan bahwa sembilan provinsi di Indonesia masih mengalami angka kenaikan kasus pada pekan ini.Sembilan provinsi itu yakni Jawa tengah yang naik sebesar 2.952 kasus, Bali naik 1.094 kasus, Papua Barat naik 667 kasus, Kalimantan Tengah naik 553 kasus.
"Kita perlu berfokus pada sembilan provinsi ini, karena sembilan provinsi ini menjadi penyumbang dari kenaikan kasus mingguan di tingkat nasional," ujar Wiku dalam konferensi pers yang dipantau via daring di Jakarta, Kamis.
Sembilan provinsi itu yakni Jawa tengah yang naik sebesar 2.952 kasus, Bali naik 1.094 kasus, Papua Barat naik 667 kasus, Kalimantan Tengah naik 553 kasus.
Kemudian, Sulawesi barat naik 295 kasus, Aceh naik 247 kasus, NTB naik 208 kasus, Maluku naik 167 kasus, dan Jambi naik 41 kasus.
Menurut Wiku, kenaikan kasus positif COVID-19 pada sembilan provinsi itu perlu ditelaah agar kasusnya dapat dikendalikan, terutama terkait angka kematian, kesembuhan, kasus aktif, angka keterisian tempat tidur (BOR), dan persentase posko yang terbentuk.
"Ternyata data menunjukkan bahwa dari sembilan provinsi itu yang hampir semua indikatornya ke arah yang kurang baik terlihat di provinsi NTB," paparnya.
Ia menyampaikan bahwa, kenaikan kasus positif di NTB itu juga diikuti meningkatnya angka kenaikan kasus aktif dan kematian. Sementara angka kesembuhannya mengalami penurunan.
Pada periode 9-15 Agustus ini tercatat, terjadi peningkatan 99 kasus aktif di NTB dibandingkan periode sebelumnya. Angka kematian di provinsi ini juga mengalami kenaikan sebanyak 13 kematian. Sementara angka kesembuhannya turun 348 kesembuhan.
"Kenaikan kasus di provinsi ini menyebabkan meningkatnya BOR, dari 29,10 persen menjadi 30,17 persen," papar Wiku.
Baca juga: Sekjen PMI: Terus lakukan antisipasi terkait kenaikan kasus COVID-19
Baca juga: Kenaikan kasus konfirmasi COVID-19 Indonesia tembus 54.517
Menurut Wiku, salah satu penyebab tidak langsung kenaikan kasus pada suatu provinsi adalah pembentukan dan kinerja posko yang tidak maksimal pada wilayah tersebut.
"Hal ini tercermin di NTB di mana pembentukan poskonya masih terbilang rendah yaitu baru sebesar 13,37 persen posko terbentuk," katanya.
Selain NTB, Wiku menambahkan, perkembangan di Sulawesi Barat juga perlu menjadi perhatian. Meski angka kesembuhan mingguannya mengalami peningkatan, namun tidak lebih tinggi dari peningkatan kasus positif.
"Kasus positif mingguan di Sulawesi barat naik 295 kasus, sedangkan kesembuhannya hanya naik 202 kasus," ujarnya.
Selain itu, lanjut dia, kematian mingguannya juga masih meningkat yaitu naik ke 11 kematian dari minggu lalu. Dan kasus aktifnya pun juga masih meningkat 181 kasus dibandingkan minggu lalu.
Ia menambahkan, pembentukan posko di Sulawesi Barat juga masih sedikit, hanya 26,92 persen desa atau kelurahan yang telah membentuk posko.
"Kabar baiknya, meskipun kasus positif dan kasus aktif meningkat, BOR di provinsi ini menurun dari 39,94 persen menjadi 36,55 persen," kata Wiku.
Wiku juga menyebutkan provinsi lainnya yang perlu segera memperbaiki penanganan COVID-19, yakni Papua Barat.
"Sama seperti Sulawesi Barat, peningkatan kesembuhan mingguannya bertambah tidak lebih besar dari peningkatan kasus positif mingguannya. Angka kematian mingguan juga mengalami peningkatan," katanya.
Meskipun kasus aktif dan BOR di Papua Barat menunjukkan penurunan, Wiku menyayangkan rendahnya pembentukan posko, hanya 9,93 persen desa atau kelurahan.
"Tentunya perkembangan yang kurang baik pada berbagai aspek di tiga provinsi itu perlu dijadikan bahan refleksi bagi pemerintah daerah dan masyarakatnya," katanya.
Wiku meminta pemerintah daerah secara konsisten untuk aktif membaca data perkembangan COVID-19 di wilayahnya.
"Dengan membaca data secara berkala maka pemerintah daerah dan masyarakat dapat mengantisipasi kenaikan kasus semaksimal mungkin dan penanganan kasus sedini mungkin," kata Wiku.
Baca juga: Satgas: 16 provinsi mengalami perlambatan kenaikan kasus aktif
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2021