• Beranda
  • Berita
  • Peneliti: Penurunan harga PCR dukung pemulihan ekonomi nasional

Peneliti: Penurunan harga PCR dukung pemulihan ekonomi nasional

21 Agustus 2021 09:54 WIB
Peneliti: Penurunan harga PCR dukung pemulihan ekonomi nasional
Spanduk bertuliskan harga tes usap "polymerase chain reaction" (PCR) terpasang di sebuah lokasi penyedia layanan tes COVID-19 di Jakarta, Minggu (15/8/2021). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/wsj

Untuk jangka menengah dan panjang, solusi yang dibutuhkan adalah menarik investasi pada manufaktur alat kesehatan dalam negeri

Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Andree Surianta menilai penurunan harga tes usap polymerase chain reaction (PCR) akan membantu upaya pemulihan ekonomi nasional karena mendukung pengendalian pandemi COVID-19 melalui aktivitas testing dan tracing.

"Testing dan tracing hanya satu komponen kecil dalam usaha pengendalian pandemi yang kompleks. Jadi, semakin terjangkaunya harga PCR, itu hal yang baik," katanya dalam siaran pers di Jakarta, Sabtu.

Andree mengingatkan bahwa langkah pemulihan ekonomi akan bergantung dari sinergi semua komponen seperti perubahan perilaku masyarakat dan kesuksesan program vaksinasi.

Ia berpendapat bahwa data terakhir dari Kementerian Keuangan memperlihatkan masih lemahnya pengujian dan pelacakan.

Hal tersebut, lanjutnya, karena dari total anggaran penanganan COVID-19 2021 sebesar Rp185,98 triliun, hanya Rp4,08 triliun yang digunakan untuk diagnostik (testing dan tracing).

"Jumlah yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan alokasi vaksinasi sebesar Rp58 triliun dan Rp59,1 triliun untuk pengobatan," ujarnya.

Andree mengemukakan bahwa permintaan untuk tes PCR kini sudah pasti tinggi, sehingga cara untuk menekan harga adalah dengan memastikan berlimpahnya pasokan, serta karena Indonesia tidak memproduksi PCR dan sepenuhnya bergantung pada impor, maka perlu ditinjau apakah kondisi bottleneck ini terjadi karena jumlah importir yang terlalu sedikit.

Selain itu, ujar dia, kebijakan mematok harga hanya akan efektif kalau pasokan berlimpah dan semua komponen biaya diketahui oleh pemerintah.

"Jika harga patokan terlalu tinggi, tentu ada membatasi jumlah konsumen, tetapi kalau terlalu rendah, supplier bisa mundur sehingga terjadi kelangkaan atau bahkan terbentuknya pasar gelap," paparnya.

Ia juga menyebut bahwa solusi paling aman adalah menambah pasokan dengan memperbanyak jalur impor. Untuk jangka menengah dan panjang, solusi yang dibutuhkan adalah menarik investasi pada manufaktur alat kesehatan dalam negeri.

Baca juga: Pemerintah ajak masyarakat kawal harga tes PCR
Baca juga: Tarif layanan tes RT-PCR di Bandara Internasional Lombok turun
Baca juga: Biaya tes PCR turun, AP I optimis trafik penerbangan meningkat

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021