Andi Sudirman Sulaiman dalam keteranganya di Makassar, Sabtu, mengatakan, udang windu tetap menjadi salah satu prioritas Sulawesi Selatan sehingga harus fokus dimaksimalkan.
"Kita prioritaskan bagaimana udang windu karena menjadi rumusan bersama bagaimana kita mengembalikan kejayaan udang windu. Mudah-mudahan kakap dan udang windu dari Lanrisang yang terkenal," ujarnya.
Sebagai bentuk keseriusan itu, Plt Gubernur Sulsel melalui Dinas Perikanan dan Kelautan menggelontorkan anggaran Rp1,5 miliar untuk benur udang windu di Pinrang.
Baca juga: Plt Gubernur Sulsel serahkan bonus Rahmat Erwin Abdullah
Pada kawasan Pandawa-1000 ini bekerjasama dengan UMI dan BMKG untuk pemasangan alat yang dapat mendeteksi perubahan cuaca dan kualitas air.
"Setelah kita seleksi, dari 10 Kabupaten/Kota, kita akhirnya memilih Pinrang," ujarnya.
"Dan kita dorong itu. Bagaimana udang windu ini pekerjaan bersama. Bagaimana kita sinergikan dengan perguruan tinggi, stakeholder terkait, dan petani. Kalau perlu ada TNI-Polri hang bekerja bersama-sama untuk mengawasi," sambungnya.
Bahkan sebagai wujud keseriusan Andi Sudirman, dirinya pun menginstruksikan Plt Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Sulsel untuk memantau langsung budidaya udang.
Bupati Pinrang Andi Irwan Hamid mengatakan, penebaran benur ini juga untuk menguji kreativitas orang Pinrang yang bisa memadukan antara ikan kakap dan udang windu.
Adapun lokasi tambak berada di kawasan pengembangan budidaya udang windu 1000 hektar ramah lingkungan (Pandawa-1000).
Pandawa-1000 merupakan inovasi pengembangan budidaya udang windu (penaeus monodon) berbasis kawasan (ecosystem approach to aquaculture) dan teknologi adaptif lokal pada areal seluas 1.011,6 hektar di Kecamatan Lanrisang Kabupaten Pinrang.
Hadirnya Pandawa-1000 untuk mengembalikan kejayaan udang windu Sulsel setelah redup sejak tahun 1998.
Baca juga: KKP salurkan 600.000 benih udang windu ke pembudidaya di Tarakan
Teknologi adaptif yang dikembangkan berbasis pada teknologi budidaya dengan pendekatan ramah lingkungan (ecofriendly) tanpa residu bahan kimia, pestisida, dan obat-obatan sesuai dengan standar Indonesian Good Aquaculture Practice (Indo GAP).
Ini bertujuan menghasilkan udang windu jenis eco-shrimp kualitas premium terbaik di Indonesia berdasarkan British Retail Consortium (BRC) yang dipasarkan ke Jepang melalui Alter Trade Japan (ATJ).
Dalam teknologi Pandawa 1000 dilakukan pelibatan stakeholder multi helix dari sektor hulu hingga hilir. Dengan melibatkan 733 orang pembudidaya di Lanrisang dengan target produksi rata-rata 300 kg/musim tanam.
Adapun benur yang akan ditebar pada kawasan untuk 1000 ha ini sebanyak 30 juta ekor atau 30 ribu benur per hektar.
Pewarta: Abdul Kadir
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021