Berdasarkan data Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), per 2020 lalu total dana ziswaf yang terkumpul diperkirakan mencapai Rp12,5 triliun, tumbuh dari jumlah per 2019 yang ada di posisi Rp10,6 triliun.
Tahun 2021, jumlahnya diestimasi bisa naik hingga Rp19,77 triliun. Meski pengumpulannya terus meningkat setiap tahun, namun jumlah ziswaf yang terakumulasi itu belum seberapa dibanding potensinya yang mencapai Rp327,6 triliun.
Dengan begitu besarnya potensi yang dimiliki oleh umat ini, dibutuhkan lembaga lembaga pengelola ziswaf yang kredibel, amanah, dan profesional sehingga bisa memanfaatkan dana tersebut untuk semakin meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia sehingga tidak terdengar lagi masyarakat Indonesia yang terjerat dalam kemiskinan.
Kepala Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan Hari Widodo di Palembang, Sabtu, mengatakan potensi zakat, infak, sedekah, wakaf dan fidiyah (ziswaf) di Indonesia sungguh luar biasa.
Namun, kurang tergali maksimal lantaran adanya pemikiran di masyarakat bahwa ziswaf itu sebatas membantu untuk pembangunan masjid, anak yatim piatu, dan pakir miskin.
Padahal sesungguhnya tidak demikian. Ziswaf ini bahkan diperbolehkan dalam Islam untuk digunakan membantu masyarakat untuk jaring pengaman sosial hingga modal usaha.
“Apalagi di tengah pandemi ini, dana dari ziswaf bisa digunakan untuk membantu yang terdampak ekonomi oleh COVID-19,” kata Hari.
Untuk itu perlu adanya sosialisasi ke masyarakat mengenai ziswaf ini dalam konteks yang lebih luas, agar terjadi redistribusi kekayaan dari yang berlebih untuk yang kekurangan (miskin) di tengah pandemi ini.
Selain itu, perlu juga diberikan pemahaman ke masyarakat bahwa bersedekah itu tidak mesti menunggu seorang itu sudah kaya atau sudah tua.
Kalangan millenial pun dapat melakukannya dengan jumlah nominal sesuai kemampuan, misalnya seperti yang dilakukan para remaja di Pekan Baru yang bersedekah Rp5.000 untuk membangun infrastruktur air bersih.
“Supaya ini jadi kebiasaan, harus didorong dari usia dini,” kata Hari.
Terpenting, menurut Hari, kalangan perbankan pun harus menangkap peluang ini, seperti yang dilakukan BSI dengan menyediakan fitur bersedekah di BSI Mobile-nya.
Sedekah adalah ibadah istimewa yang dipercayai umat muslim dapat mendatangkan rejeki dan menjauhkan diri dari marabahaya.
Bagi Siti Rahma (25), warga Jalan Sematang Borang, Kecamatan Sako, Palembang, bersedekah telah menjadi rutinitas harian.
Ia yang berbisnis pakaian muslim ini merasa ada yang tidak afdhol dari kesehariannya jika tidak diawali dengan bersedekah.
“Tidak banyak sih, saya rutinkan Rp10 ribu setiap hari,” kata Rahma di Palembang, Jumat (13/8).
Awalnya, ia bersedekah secara spontan dengan langsung memberikan bantuan ke orang tak mampu yang dijumpainya.
Namun, sejak mengenal Bank Syariah Indonesia (BSI) Mobile, ia mengubah caranya bersedekah.
Ini juga berkat adanya pengetahuan baru yang diterimanya, bahwa akan lebih baik bersedekah itu di waktu shubuh.
“Jadi kan enak, tinggal buka aplikasi BSI Mobile sudah bisa langsung sedekah di shubuh hari. Jadi benar-benar afdhol rasanya,” kata Rahma.
Tak hanya Rahma, Nur Rahmi (40), salah seorang guru di Lembaga Pendidikan Bahasa di Kota Palembang juga mendapatkan jalan kebaikan berkat memanfaatkan aplikasi bersedekah yang ada di BSI Mobile.
“Bisa langsung sedekah, ketika dapat kabar baik atau rejeki langsung saya buka aplikasi, bisa dimana saja dan kapan saja,” kata warga Sukabangun II ini.
Dengan adanya BSI Mobile ini, sedekah dapat dilakukan kapan dan dimana saja, dan tanpa harus menunda.
Menurut Rahmi, itulah sesungguhnya prinsip sedekah dari umat Islam yakni harus dilakukan secara spontan, artinya aplikasi BSI Mobile ini dapat membantu.
Kepercayaan
Sementara itu, optimalisasi pengumpulan serta penyaluran ziswaf terus dilakukan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI).
Dukungan diberikan karena selama ini potensi besar ziswaf di Indonesia belum dimanfaatkan secara maksimal.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan potensi ziswaf yang ada di Indonesia diperkirakan lebih dari Rp300 triliun dan apabila bisa dimobilisasi dengan baik maka dapat menjadi salah satu sumber dana pembiayaan umat sekaligus untuk pembangunan, baik dari sisi menyalurkan beasiswa pendidikan, membangun community development, dana CSR serta lainnya.
“Potensi yang luar biasa besar ini harus bisa digarap. Sebagai bagian dari ekosistem zakat, BSI memainkan peran penting dalam pengelolaan ziswaf yang reliable dan transparan. BSI akan berkolaborasi dengan Baznas untuk mengumpulkan zakat dan menyebarkannya,” ujar Hery Gunardi yang dikutip dalam laman resmi BSI.
Per Maret 2021 terdapat sekitar Rp3,26 miliar dana Ziswaf yang terkumpul melalui aplikasi BSI Mobile.
Jumlah sumbangan ini berasal dari 99 ribu donatur, yang total transaksinya mencapai 303 ribu pada periode tersebut.
Selain mengandalkan layanan pengumpulan ziswaf melalui platform mobile, BSI juga saat ini telah bekerja sama dengan Baznas untuk pengembangan pengelolaan ziswaf.
Kerja sama yang telah berjalan sejauh ini adalah penggunaan kartu Co-Brand Tap Cash IB Hasanah, pembinaan manajemen mitra penghimpunan Baznas, dan terciptanya kemudahan akses informasi data zakat antara kedua institusi.
Kedepannya, lanjut Hery, BSI berencana memperkuat kerja sama dengan memberi layanan counter untuk Baznas di seluruh daerah, kolaborasi pengadaan fitur smart donation dan promosi lainnya, kerja sama dalam publikasi dan literasi layanan ziswaf.
Untuk memperbaiki kondisi tersebut, saat ini Baznas tengah gencar melakukan kampanye Gerakan Cinta Zakat yang telah diluncurkan oleh Presiden Joko Widodo belum lama ini.
Kampanye ini dibuat untuk mendorong pengumpulan ziswaf, dan memastikan penyalurannya tepat sasaran bagi mereka yang membutuhkan.
Pengamat Ekonomi bidang syariah dari Universitas Sriwijaya Palembang Isni Andriana mengatakan potensi ziswaf di Tanah Air dapat termaksimalkan asalkan semua pihak terkait harus berupaya meningkatkan kepercayaan masyarakat.
Adanya persoalan dari pengumpulan ziswaf yang dilakukan oleh berbagai lembaga, baik milik pemerintah maupun non pemerintah dinyakini telah mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat.
Apalagi sempat muncul isu terkait ketidaktepatan dalam pengelolaan dana haji.
Kondisi ini membuat masyarakat terkadang memilih langkah sendiri, seperti menggalang dana sendiri untuk pembangunan masjid atau membantu anak yatim dan fakir miskin.
“Padahal ini suatu potensi, yang jika dikelola secara profesional dapat lebih tepat sasaran. Semisal untuk membantu dana penanganan COVID-19,” kata Kepala Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Unsri ini.
Menurut Isni, adanya langkah strategis pemerintah berupa penggabungan tiga bank syariah milik BUMN yakni PT Bank Syariah Mandiri, PT Bank BNI Syariah, dan PT Bank BRIsyariah Tbk menjadi PT Bank Syariah Indonesia Tbk dapat menjadi pelecut untuk optimalisasi pengumpulan serta penyaluran ziswaf di Tanah Air.
Penggabungan yang menyatukan kekuatan ketiga bank syariah ini dapat memaksimalkan potensi keuangan dan ekonomi syariah Indonesia yang besar, salah satunya ziswaf.
Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2021