BRI akan fokus mengembangkan sektor pertanian dalam bentuk ekosistem usaha
BRI menegaskan komitmen untuk terus beradaptasi dan bertransformasi memberikan layanan kepada para petani dan pelaku usaha mikro sebagai daya dorong untuk menggerakkan bisnis pangan di dalam negeri.
“BRI akan fokus mengembangkan sektor pertanian dalam bentuk ekosistem usaha. Baik berdasarkan komoditasnya atau wilayahnya yang kita sebut cluster usaha. Misalnya, pengembangan ekosistem cluster padi, tebu, dan sebagainya,” ujar Direktur Bisnis Kecil dan Menengah BRI Amam Sukriyanto dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Minggu,
Amam menyebut pembentukan ekosistem usaha yang kuat dan mapan dapat mendorong pengembangan komoditas pertanian yang memiliki nilai jual tinggi di pasar dunia.
“Diharapkan nantinya petani-petani Indonesia selain bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri juga mampu menembus pasar internasional alias go global,” kata Amam.
Ia menegaskan pihaknya siap menyediakan ekosistem payment mulai dari simpanan, transaksi, pembiayaan hingga pemberdayaan. Pada 2018 portofolio kredit BRI pada bisnis pertanian mencapai Rp94,4 triliun atau 11,82 persen dari total kredit. Kemudian pada 2019 naik menjadi Rp102,2 triliun atau tumbuh 11,89 persen dari total kredit BRI.
Pada 2020 menjadi Rp111,5 triliun atau 12,66 persen dari total portofolio. Bahkan di tengah pandemi tren penyaluran kredit ke bisnis pertanian mencapai Rp117,5 triliun pada semester pertama 2021 atau meningkat 12,8 persen (yoy). Pencapaian itu pun mendorong pangsa pasar BRI dalam pembiayaan sektor pertanian meningkat secara nasional, dari sebelumnya sebesar 27,78 persen menjadi 28,03 persen.
“Di sisi lain, pembentukan ekosistem usaha pertanian atau klasterisasi bisnis pangan pun sebenarnya sudah mulai berjalan,” tutur Amam.
BRI juga telah mendorong penguatan cluster bisnis padi nasional. Total nasabah yang mendapat pembiayaan dari BRI, khususnya untuk ekosistem beras dan penggilingan padi mencapai 40.798 dengan total plafon kredit mencapai Rp4,1 triliun. Jika dirinci, dari total nasabah tersebut paling banyak di KUR Mikro yang mencapai 25.697 nasabah. Disusul Kupedes BRI sebanyak 8.908 nasabah, KUR Ritel 3.496 nasabah, dan Pinjaman Usaha Kecil & Menengah (UKM) 2.697 nasabah.
Sementara untuk plafon, Kupedes BRI sebesar Rp642,3 miliar, KUR Mikro Rp64,4 miliar, KUR Ritel Rp800,3 miliar dan pinjaman UKM Rp1,9 triliun. Khusus KUR Ritel dan Pinjaman di UKM, merupakan nasabah-nasabah yang bergerak di bidang penggilingan padi. BRI termasuk yang terbanyak membiayai penggilingan padi dengan jumlah sekitar 6.190 debitur.
“Kita juga mengedukasi bagaimana cara meningkatkan produktivitas lahan misalnya. Bagaimana mengelola keuangan yang baik. Kemudian yang penting kita juga memberikan cara bagi petani untuk mengakses pasar,” ujar dia.
Lebih lanjut Amam menyebut untuk menciptakan bisnis pertanian yang efektif dan efisien diperlukan juga kolaborasi banyak pihak yang terlibat dalam ekosistem tersebut. Karena itu, pihak yang terlibat harus saling mendukung, jika tidak keseluruhan ekosistem menjadi tidak efisien.
“BRI sedang mencoba untuk bisa menggabungkan semua ekosistem itu sehingga memang betul-betul semua titik bisa mengevaluasi bagaimana tingkat efisiensi dari bisnisnya itu,” tutur Amam.
Baca juga: BRI salurkan KUR Rp559,6 triliun ke 24,5 juta pelaku UMKM sejak 2015
Baca juga: Penyaluran kredit mikro BRI ke sektor pertanian capai Rp161,6 triliun
Baca juga: BRI ajak pelaku UMKM jadi lokomotif kebangkitan ekonomi nasional
Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021