Dua sumber di kelompok gerilyawan itu mengatakan belum ada pemerintah atau pejabat Barat yang menghubungi Taliban soal perpanjangan batas waktu penarikan pasukan.
Sebagian pasukan Barat kini masih berada di Afghanistan, terutama untuk membantu proses evakuasi warga negara mereka dan warga Afghanistan yang berisiko menjadi target Taliban.
Sebelumnya, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dikabarkan akan mendesak Presiden Amerika Serikat Joe Biden pekan ini untuk memperpanjang batas waktu tersebut agar bisa mengevakuasi lebih banyak orang dari Afghanistan.
Johnson akan menggelar rapat virtual dengan para pemimpin negara G7 pada Selasa (22/8) untuk membahas krisis di Afghanistan, tempat ribuan orang mendatangi bandara Kabul agar bisa pergi dari negara itu.
Baca juga: Taliban dukung rencana evakuasi Inggris
Menteri Angkatan Bersenjata Inggris James Heappey mengatakan negaranya tengah mendorong tenggat waktu hingga setelah 31 Agustus setelah mengidentifikasi ribuan orang, termasuk warga Afghanistan, yang akan mereka evakuasi.
Namun, Taliban harus memberikan persetujuan dan itu berarti pasukan Inggris tidak bisa bergantung pada perpanjangan waktu, kata dia.
"Meskipun mereka (G7) adalah tujuh orang terkuat di planet ini, mereka tak bisa memutuskan ini sendirian. Taliban juga punya suara dan itulah sebabnya kami terus bekerja menjelang tanggal 31," kata Heappey.
"Bahkan jika kemauan politik di London, Washington, Paris, Berlin adalah untuk perpanjangan, Taliban bisa saja mengatakan tidak," kata dia.
"Jika kita bisa menunda waktu lebih lama, itu bagus, namun saya pikir kita tak seharusnya bergantung pada fakta bahwa kita memerlukan lebih banyak waktu untuk melakukan ini," kata Cleverly.
Sumber: Reuters
Baca juga: Australia siap bantu evakuasi kalau AS masih berada di Afghanistan
Baca juga: Jepang kirim pesawat militer ke Afghanistan untuk evakuasi
Italia evakuasi 85 warga Afghanistan ke Roma
Pewarta: Anton Santoso
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2021