• Beranda
  • Berita
  • Menkeu: Keuangan syariah elemen kunci ciptakan stabilitas keuangan

Menkeu: Keuangan syariah elemen kunci ciptakan stabilitas keuangan

25 Agustus 2021 12:21 WIB
Menkeu: Keuangan syariah elemen kunci ciptakan stabilitas keuangan
Tangkapan layar Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam acara Annual Islamic Finance Conference (AIFC) di Jakarta, Rabu (25/8/2021). ANTARA/Youtube BKF Kemenkeu/pri.

Keuangan syariah merupakan elemen kunci penting dalam menciptakan stabilitas keuangan

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebutkan bahwa keuangan syariah merupakan elemen kunci dalam menciptakan stabilitas ekonomi, terutama di tengah krisis pandemi COVID-19.

“Keuangan syariah merupakan elemen kunci penting dalam menciptakan stabilitas keuangan,” kata Menkeu Sri Mulyani dalam acara Annual Islamic Finance Conference (AIFC) di Jakarta, Rabu.

Sri Mulyani mengatakan dalam dekade terakhir keuangan syariah telah menjadi salah satu sektor dengan pertumbuhan tercepat di industri keuangan global, yang bahkan melampaui pasar pembiayaan konvensional.

Laporan ekonomi syariah global 2020 memperkirakan nilai aset keuangan syariah meningkat 13,9 persen pada 2019 yaitu dari 2,52 triliun dolar AS menjadi 2,88 triliun dolar AS.

Di sisi lain, pandemi menyebabkan nilai aset keuangan syariah yang diharapkan tidak menunjukkan pertumbuhan, namun diperkirakan akan mampu rebound mencapai 3,69 triliun dolar AS pada 2024.

Baca juga: Menkeu: Aset keuangan syariah terus tumbuh mencapai Rp1.862,7 triliun

Tak hanya tren global, keuangan syariah di Indonesia juga menunjukkan pertumbuhan yang konsisten dan positif dengan aset keuangan syariah dari sisi perbankan tercatat sebesar 15,6 persen pada Maret 2021 dan mencapai Rp598,2 triliun pada Mei 2021.

“Bukti ini menunjukkan bahwa kinerja perbankan syariah jauh lebih baik daripada sistem perbankan konvensional,” ujar Sri Mulyani.

Kemudian dari sisi pasar modal syariah, jumlah investor juga meningkat 9,3 persen dalam tiga bulan pertama tahun 2021 dan outstanding sukuk Indonesia mencapai Rp1.076 triliun per Juni 2021.

“Artinya, tumbuh 10,75 persen dari tahun ke tahun. Dan ini diperkirakan akan terus berkembang di masa mendatang,” katanya.

Selain itu Indonesia merupakan salah satu kontributor utama penerbitan sukuk global di pasar internasional yaitu mencapai 23,11 persen dari total penerbitan global sebesar Rp23,65 miliar dolar AS.

Baca juga: KNEKS: Aset pasar modal syariah RI meningkat jadi Rp1.116 triliun

“Perlu juga dicatat bahwa selama periode 2013 hingga 2021 terdapat 3.447 proyek yang dibiayai oleh sukuk,” kata Sri Mulyani.

Ia menambahkan adanya kombinasi antara keuangan syariah dan teknologi juga menambah dorongan terhadap stabilitas ekonomi yaitu melalui aset fintech syariah di Indonesia yang telah mencapai Rp134 miliar per Juni 2021.

Jumlah itu masih tiga persen dari total aset fintech di Indonesia namun berpotensi tumbuh lebih besar dan lebih cepat mengingat fintech syariah telah meningkat dengan porsi sangat tinggi yakni lebih dari 50 kali hanya dalam 2,5 tahun terakhir.

Laporan keuangan syariah global tahun 2021 menyebutkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara terbesar dalam hal market size terkait transaksi fintech syariah yang telah mencapai 2,9 miliar dolar AS pada 2020.

Hal ini membuat Indonesia berhasil berada di antara lima besar di belakang Arab Saudi dengan 17,9 miliar dolar AS, Iran 9,2 miliar dolar AS, UEA dengan 3,7 miliar dolar AS, dan Malaysia 3 miliar dolar AS.

“Saya percaya kita akan melihat ini sebagai pertumbuhan yang sangat kuat tidak hanya dalam hal nilai aset, tetapi yang paling penting dalam hal partisipasi rakyat terhadap stabilitas ekonomi,” ujar Sri Mulyani. 

Baca juga: Wapres: Kinerja pasar modal syariah menurun karena pandemi COVID-19

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021