• Beranda
  • Berita
  • Tips jaga kesehatan agar tak terjadi "long COVID-19"

Tips jaga kesehatan agar tak terjadi "long COVID-19"

26 Agustus 2021 11:57 WIB
Tips jaga kesehatan agar tak terjadi "long COVID-19"
Ilustrasi - Masker. ANTARA/Pexel.
Dokter spesialis penyakit dalam dari Universitas Indonesia dr. Rudy Kurniawan, Sp.PD, dalam sharing session virtual, Kamis, membagikan beberapa tips agar tidak terjadi long COVID-19 usai dinyatakan sembuh dari COVID-19.

Baca juga: Waspada potensi "brain fog" pasca infeksi COVID-19

Dokter Rudy mengatakan, long COVID-19 adalah kondisi saat seseorang masih merasakan gejala meski sudah dinyatakan sudah negatif COVID-19, di antaranya gangguan pernafasan dan gangguan penciuman atau anosmia.

"Masalah pernafasan misalnya masih sesak, merasa capek saat jalan jauh atau naik tangga, itu masih mungkin. Gangguan penciuman, misalnya anosmia berhari-hari atau berminggu-minggu, bahkan ada laporan sampai 6 bulan," kata dr. Rudy.

Dia menambahkan, penanganan long COVID-19 tidak sama bagi setiap individu dan gejalanya.

Namun secara umum, dr. Rudy mengatakan bahwa individu harus memastikan bahwa dirinya telah menjalani aktivitas yang sehat.

"Artinya, olahraganya harus optimal. Kemudian makanan juga sehat dengan membatasi konsumsi gula, garam, dan lemak, serta memperhatikan porsi makan," kata dr Rudy.

Dia menambahkan, porsi makan yang dianjurkan adalah setengah porsi sayur dan buah, seperempat porsi karbohidrat, dan seperempat porsi protein dan lemak.

"Tentu akan lebih baik jika lemaknya adalah lemak tidak jenuh," imbuhnya.

Kemudian, dr. Rudy juga menganjurkan beberapa latihan yang dapat dikerjakan untuk mengatasi long COVID-19.

Bagi yang mengalami gejala masalah pernafasan, latihan yang bisa dilakukan adalah dengan latihan pernafasan secara terstruktur. Hal ini, kata dr. Rudy, dapat mengurangi gejala hingga 50 persen.

"Di YouTube udah cukup banyak bagaimana terkait latihan pernafasan terstruktur pasca COVID-19," tambahnya.

Sementara itu, untuk proses pemulihan COVID-19, dr. Rudy mengatakan hal itu tergantung pada kondisi masing-masing individu dan komorbid yang menyertainya.

Jika saat tekena COVID-19 seseorang mengalami gejala ringan dan tidak ada komorbid, maka setelah dua minggu dia dianggap sembuh meski PCR masih menunjukkan hasil positif. Hasil PCR positif tersebut, kata dr. Rudy, hanya menunjukkan bangkai-bangkai virus yang masih tersisa.

"Jika gejalanya berat dengan berbagai komorbid, tentu lebih lama. Ada yang infeksinya terus berlangsung hingga dua bulan. Bahkan setelah infeksi selesai akan timbul long COVID-19," tambahnya.


Baca juga: Lupa hingga lemot bisa terjadi setelah sembuh dari COVID-19

Baca juga: Kebanyakan anak tak akan alami long COVID-19, kata studi

Baca juga: Ketahui "POTS", gejala yang dialami penyitas COVID-19

Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021