Pesawat militer Jerman terakhir yang mengangkut anggota militer dan warga sipil Jerman serta Afghanistan meninggalkan Kabul menuju Tashkent pada Kamis.
Seorang mahasiswa Afghanistan yang berada dalam penerbangan dari Uzbekistan menuju Jerman mengaku bahwa dirinya tidak pernah mau kembali ke negaranya setelah menyaksikan rekan senegaranya yang kehilangan asa tidur di luar bandara Kabul berhari-hari.
"Beberapa hari belakangan sangat berat," kata pria berusia 28 tahun tersebut. "Orang-orang menghabiskan malam di dekat bandara selama berhari-hari barangkali supaya mendapatkan peluang untuk mendekati pintu masuk dan kemudian masuk ke bandara. Sangat sulit bagi kami dan ketika kalian melihat mereka di sana, sulit untuk menerimanya."
Jerman mengaku telah menerima jaminan dari Taliban bahwa warga Afghanistan dengan dokumen resmi dapat melakukan perjalanan dengan penerbangan komersial sesudah 31 Agustus, ketika pasukan NATO terakhir bakal angkat kaki dari negara tersebut.
Serangan bom bunuh diri kelompok ISIS menewaskan 85 orang, termasuk 13 tentara AS, di depan pintu masuk bandara Kabul pada Kamis sehingga mempersulit upaya untuk mengevakuasi warga sipil Afghanistan.
Jerman menyelesaikan penarikan militernya di Afghansitan pada Juni, namun kembali menerjunkan kontingen ke Kabul untuk mengevakuasi warga sipil yang dalam ancaman pembalasan Taliban, terutama warga Afghanistan yang bekerja untuk militernya dan lembaga bantuan.
Penjemputan yang kisruh menyusul pengambilalihan terang-terangan oleh Taliban memicu perdebatan tentang migrasi dan operasi militer yang berkepanjangan, sebulan menjelang pemilu di Jerman.
Sumber: Reuters
Baca juga: Pesawat Lufthansa pertama dari Afghanistan tiba di Jerman
Baca juga: Jerman kirim pesawat militer ke Afghanistan untuk evakuasi warga
Baca juga: Jerman butuh mandat kuat untuk evakuasi di Afghanistan
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2021