Jumlah itu kira-kira seperempat dari seluruh makanan yang disiapkan selama periode tersebut di 20 tempat pertandingan Olimpiade. Pesta olahraga multievent dunia yang berakhir pada 8 Agustus lalu itu berlangsung di 42 tempat, di dalam dan di luar ibu kota Jepang.
Penyelidikan tersebut dilakukan setelah penyelenggara dikritik karena membuang sekitar 4.000 dari 10.000 kotak bento yang telah dipesan sebelumnya, yang akan diberikan kepada sukarelawan pada upacara pembukaan pada 23 Juli.
Setelah melakukan upaya untuk mengurangi makanan yang dibuang, jumlah itu turun menjadi 15 persen antara 30 Juli hingga 6 Agustus, menurut Komite Olimpiade dan Paralimpiade, yang telah berjanji untuk berbuat lebih banyak guna meminimalisir jumlah makanan yang dibuang.
Baca juga: Penyelenggara Olimpiade Tokyo meminta maaf untuk limbah makanan
Pada upacara penutupan Olimpiade di Stadion Nasional, sekitar 200 dari 6.000 makanan yang dipesan sebelumnya terbuang sia-sia.
"Tergantung pada tempatnya, ada hari-hari di mana hampir tidak ada makanan berlebih, dan ada kecenderungan memperbaiki hal itu," kata juru bicara panitia penyelenggara Masanori Takaya.
"Sulit untuk membuatnya benar-benar nol, tetapi kami akan terus bekerja untuk mengelola jumlah pesanan," tambahnya.
Mulai dari tempat tidur kardus di kampung atlet hingga medali yang ditempa dari logam daur ulang, Olimpiade Tokyo memiliki misi untuk menjadi Olimpiade yang paling ramah lingkungan.
Baca juga: Intip menu atlet di Kampung Olimpiade yang dijual di toserba Jepang
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Rr. Cornea Khairany
Copyright © ANTARA 2021