PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk merancang sejumlah strategi untuk tetap bertahan dengan komitmen tidak mengurangi jumlah karyawan di tengah hantaman badai pandemi COVID-19 hingga saatnya nanti sektor pariwisata normal kembali.
"Perusahaan tetap mempertahankan komitmen tidak melakukan 'lay off' kepada karyawan yang telah ikut membangun Perusahaan sampai saat ini," ujar Direktur Utama PT Pembangunan jaya Ancol Tbk, Teuku Sahir Syahali dalam Paparan Publik di Candi Bentar Hall Jakarta Utara, Senin
Teuku mengatakan, yahun 2020 merupakan tahun berat bagi perusahaan yang bergerak di bidang rekreasi, resort dan properti tersebut.
Dalam rangka mengurangi dampak penyebaran Covid-19, sejak Maret 2020, unit rekreasi yang menjadi pendapatan utama perusahaan itu mengalami penutupan operasional selama kurang lebih enam bulan termasuk dalam masa libur sekolah, lebaran, Natal dan tahun baru yang menjadi masa panen tempat rekreasi.
Tercatat selama tahun 2020 kunjungan ke kawasan wisata Taman Impian Jaya Ancol anjlok 76 persen dari 18 juta pengunjung menjadi 4,5 juta pengunjung.
Baca juga: Thomas Lembong menjadi Komisaris Utama Pembangunan Jaya Ancol
Begitu pula dengan wahana-wahana yang berada di dalam kawasan Taman Impian Jaya Ancol seperti Dunia Fantasi, Sea World Ancol, Ocean Dream Samudra dan Atlantis Water Adventures juga ikut mengalami penurunan signifikan sebagai imbas ditutupnya tempat wisata pada masa Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB) maupun Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Pendapatan Ancol turun sebesar 70 persen dari Rp1,3 triliun pada tahun 2019 menjadi Rp414 miliar pada tahun 2020 dengan profitabilitas pada tahun 2019 laba sebesar Rp230 miliar turun menjadi rugi Rp392 miliar.
Total kewajiban naik sebesar 17 persen yang diakibatkan kenaikan utang (PBB, provisi) dan utang bank, total aset terkoreksi sedikit menurun 1,3 persen. Sedangkan ekuitas turun sebagai akibat kerugian yang tercatat di tahun 2020.
Meskipun kinerja keuangan tidak terlalu menggembirakan, manajemen tetap mempertahankan posisi "free cashflow" untuk menjamin kelangsungan operasi. Perusahaan menjaga "credit rating" dari Pefindo di Single A sehingga termasuk dalam "investment grade".
Untuk dapat bertahan di masa pandemi, manajemen melakukan beberapa hal untuk melakukan efisiensi "cashflow'" di antaranya penerapan strategi "basic cost" dan biaya yang dikeluarkan hanya yang benar-benar untuk keselamatan pengunjung
"Penjadwalan ulang semua proyek dan fokus untuk penyelesaian proyek 'Symphony of The Sea' (kawasan pantai timur)," ujar Teuku.
Baca juga: Ancol beri akses rekreasi seumur hidup bagi Greysia P dan Apriyani R
Program-program pengembangan produk yang sempat tertunda karena pandemi akan tetap dijalankan untuk menyiapkan produk-produk yang lebih baik untuk menyongsong masa "new normal".
Di antaranya upaya menambah segmen baru dengan pembangunan Masjid Apung, Museum Rasulullah dan fasilitas pendukungnya di kawasan Pantai Timur Ancol serta lanjutan
penataan pedestrian.
Selain itu perseroan telah mencanangkan inisiatif transformasi bisnis secara menyeluruh sebagai respon terhadap beragam perubahan lokal dan global yang terjadi sangat cepat termasuk Pandemi COVID 19.
Dengan program transformasi ini, ditargetkan Perseroan akan menjadi "World Class Brand of Indonesia" melalui beragam inisiatif kegiatan dalam aspek finansial, "revenue optimization", "digital&operation" serta "organization&talent"
Sejumlah terobosan sedang disusun untuk mendukung pelaksanaan transformasi meliputi perubahan struktur organisasi yang lebih efisien dan efektif, penyesuaian dan penyempurnaan sistem Enterprise Resource Planning (ERP) dengan kondisi bisnis perusahaan.
Selain itu penyelesaian kewajiban dan utang serta pengembangan bisnis baru yang dapat meningkatkan "revenue" dengan membangun kolaborasi.
Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2021