"Tes genom sekuensing untuk mengetahui varian baru ini di tahun 2020 kita lakukan sembilan bulan 140 tes, sekarang dalam waktu delapan bulan kita sudah melakukan 5.788 tes atau sekuens," kata Budi Gunadi Sadikin saat hadir secara virtual dalam konferensi pers PPKM di YouTube Kemenkomarvest, yang dipantau dari Jakarta, Senin malam.
Baca juga: Pemerintah percepat proses analisis genom untuk deteksi varian corona
Menurut Budi, Indonesia punya kapasitas 1.700 hingga 1.800 tes genom sekuensing per bulan untuk mengawasi penyebaran varian baru dan upaya mengantisipasinya.
Ia mengatakan proses mutasi virus merupakan sifat alami yang sulit untuk dicegah agar tidak terjadi.
Budi mengatakan salah satunya adalah varian Delta yang berkarakteristik sulit untuk dikendalikan, sebab hampir semua negara yang mengalami kenaikan kasus tinggi, termasuk Indonesia, disebabkan karena adanya mutasi baru varian Delta.
"Sekarang sudah hampir tersebar di seluruh dunia. Ini sulit ditebak, karena semakin lama dunia menunda vaksinasi, pasti di suatu daerah terjadi penularan dan varian baru itu timbul karena adanya penularan," katanya.
Budi mengatakan saat ini terdapat beberapa varian baru yang masuk dalam proses investigasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), salah satunya adalah varian Lamda.
"Tapi memang kita lihat itu masih terkonsentrasi di Amerika Selatan," katanya.
Baca juga: Kemenkes tingkatkan pengawasan genom lacak varian baru
Baca juga: FKKMK UGM dorong cakupan pengawasan genomik di Indonesia diperluas
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021