Kolaborasi dalam program "Jogo Tonggo" dinilai efektif menekan angka kasus konfirmasi COVID-19 di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, yang beberapa waktu lalu mengalami lonjakan hingga 30 kali lipat dalam sepekan.'Update' dari tingkat RT dilakukan per jam atau dua jam, itu yang menjadikan kerja kita ringan
Bupati Kudus Hartopo mengatakan kolaborasi tersebut dilakukan mulai tingkat terkecil yakni Rukun Tetangga (RT) untuk melaporkan kasus positif hingga tiap jam, lalu mengumpulkan donasi yang terkumpul secara terpusat untuk percepatan penanganan wabah, hingga tingkat Forkopimda.
"Kolaborasi 'Jogo Tonggo' pihak RT mengumpulkan donasi untuk ke desa. Semua kompak dan selalu akif, jadi penanganannya harus sangat cepat sekali. Update dari tingkat RT dilakukan per jam atau dua jam, itu yang menjadikan kerja kita ringan," ujar Hartopo dalam dialog Kisah Keberhasilan Vaksinasi di Kudus secara daring yang dipantau dari Jakarta, Selasa.
Baca juga: Siswa di Kudus antusias ikuti simulasi pembelajaran tatap muka
Baca juga: RSUD Kudus tegaskan pemotongan insentif nakes bukan kebijakan direksi
Hartopo mengatakan Kabupaten Kudus pada bulan Juni 2021 sempat mengalami kenaikan kasus tertinggi di Jawa Tengah hingga di angka 2.000 lebih. Hal tersebut dipicu tradisi anjangsana yang dilakukan pada Hari Raya Idul Fitri.
Meskipun telah ada larangan pemerintah untuk mudik Idul Fitri, nyatanya masih ada warga Kabupaten Kudus yang masuk wilayah, "kucing-kucingan" dengan petugas penyekatan, kata Hartopo,
"Tradisi anjangsana sudah menjadi kearifan lokal di Kabupaten Kudus, ketika 1 Syawal banyak keluarga ingin berkumpul semua. Tradisi tersebut biasanya dilakukan dengan makan opor bersama, nah yang dari luar kota semuanya lepas dari protokol kesehatan. Sehingga beberapa minggu kemudian banyak yang terdeteksi, kasus naik, termasuk kematian juga," ujar dia.
Baca juga: 3.518 ibu hamil di Kudus jadi sasaran vaksinasi COVID-19
Oleh karena lonjakan kasus tersebut, Hartopo mengungkapkan pemerintah pusat memberikan dorongan dan bantuan kepada tenaga kesehatan dalam penanganan kasus COVID-19.
Kemudian pihaknya memberlakukan PPKM mikro dengan memperketat pengawasan di tingkat wilayah paling rendah yakni RT. Selain itu, di tingkat wilayah tersebut diharuskan memperbarui dan menginformasikan perkembangan warganya.
Sementara, Hartopo mengatakan sebanyak 24 persen penduduk Kabupaten Kudus telah menerima vaksin COVID-19 dosis pertama. Hal tersebut lantaran kendala "dropping" vaksin yang belum lancar.
Baca juga: Masih pandemi, pengelola Sunan Kudus tiadakan antrean nasi buka luwur
Sedangkan penerima vaksin COVID-19 dosis kedua, baru 20 persen masyarakat yang telah menerimanya. "Program vaksinasi sudah siap dari stakeholder, perusahaan, universitas, yang pada intinya sudah memobilisasi tempat, SDM, dari Kabupaten Kudus kita habiskan semua vaksin," ujar dia.
Dengan cara tersebut, Hartopo mengatakan kasus COVID-19 di Kabupaten Kudus terbilang sangat landai dari indikator kasus positif, keterpakaian ruang perawatan hingga kasus kematian, sehingga menjadikan wilayah tersebut berstatus PPKM level dua.
Terkini, dia mengatakan pelaksanaan 3T di wilayahnya memang belum memenuhi target yang dilakukan 1.000 testing per hari. Namun demikian dengan banyaknya hasil yang menunjukkan negatif, hingga kini belum ada pengembangan testing berskala besar.
Baca juga: Kasus COVID-19 di Kudus 123 dibanding 2.342 saat puncak kasus
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021