Rencana ekonomi mendominasi agenda pada pertemuan yang diadakan di Pyongyang pada Kamis, kantor berita KCNA melaporkan.
Ekonomi negara itu telah terpukul oleh sanksi internasional dan penguncian perbatasan serta pergerakan yang diberlakukan sendiri yang bertujuan mencegah wabah virus corona.
Hujan lebat musiman dan topan telah menimbulkan kekhawatiran lebih lanjut tentang kerusakan pasokan makanan.
"(Kim) menggarisbawahi perlunya mengambil langkah-langkah menyeluruh untuk mengatasi iklim abnormal yang bahayanya semakin tinggi dalam beberapa tahun terakhir," kata KCNA.
Di antara upaya yang diminta Kim adalah perbaikan sungai, reboisasi untuk pengendalian erosi, pemeliharaan tanggul dan proyek tanggul pasang surut.
Korea Utara belum mengonfirmasi kasus COVID-19, tetapi menutup perbatasan dan memberlakukan tindakan pencegahan yang ketat, melihat pandemi sebagai masalah kelangsungan hidup nasional.
"Situasi berbahaya saat ini dari pandemi di seluruh dunia yang terus berputar di luar kendali menuntut pencegahan epidemi nasional yang lebih ketat," kata Kim, menurut KCNA.
"Memperketat pencegahan epidemi adalah tugas terpenting yang tidak boleh dilonggarkan bahkan dalam situasi saat ini."
Menurut pejabat internasional, Korea Utara telah menolak pengiriman vaksin Sinovac Biotech COVID-19 China, serta dosis vaksin AstraZeneca.
Sumber : Reuters
Baca juga: Respons penguncian COVID-19, Kemlu pulangkan diplomat dari Korut
Baca juga: Kim Jong Un tegur pejabat atas kegagalan pekerjaan anti pandemi COVID
Baca juga: Media Korea Utara sebut vaksin COVID-19 bukan obat mujarab
Pewarta: Azis Kurmala
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2021