• Beranda
  • Berita
  • Teknologi CCUS ciptakan pengembangan lapangan migas rendah karbon

Teknologi CCUS ciptakan pengembangan lapangan migas rendah karbon

9 September 2021 08:31 WIB
Teknologi CCUS ciptakan pengembangan lapangan migas rendah karbon
Ilustrasi - Penambangan terbuka minyak bumi. ANTARA/HO-Pertamina.

teknologi CCUS yang dipakai dalam perkembangan energi menjadi salah satu bahasan penting dalam mengurangi emisi karbon dioksida dan juga digunakan dalam enhanced oil recovery (EOR)

Pemerintah mendorong penggunaan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCUS) dalam pengembangan lapangan minyak dan gas bumi dengan tujuan mengurangi dampak perubahan iklim akibat pelepasan emisi dari aktivitas pertambangan.

"Penggunaan energi bersih seperti CCUS menjadi pertimbangan utama untuk memastikan ketersediaan, keterjangkauan, keberlanjutan, dan daya saing untuk mencapai kedaulatan energi serta ketahanan iklim dan rendah karbon," kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariaji dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Kamis.

Tutuka menjelaskan bahwa transisi energi sebagai inti dari mitigasi iklim punya peranan kunci bagi Indonesia dalam mengurangi emisi karbon dan mencapai target netralitas karbon pada 2060.

Menurutnya, teknologi CCUS yang dipakai dalam perkembangan energi menjadi salah satu bahasan penting dalam mengurangi emisi karbon dioksida dan juga digunakan dalam enhanced oil recovery (EOR).

"Teknologi bersih CCT atau CCS dan Net Sink sangat dibutuhkan untuk menuju energi hijau. Gas merupakan energi fosil yang dapat menjadi energi ramah lingkungan dengan teknologi CCUS," ujar Tutuka.

Kajian penerapan CCUS pada lapangan-lapangan minyak dan gas bumi di Indonesia telah dilaksanakan sejak 2011, yaitu di Lapangan Gundih, Jawa Tengah, bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB), J-Power, dan Janus.

Selain itu, proyek karbon dioksida EOR di Lapangan Sukowati oleh Pertamina EP, Japan Petroleum Exploration (Japex), bersama Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Migas Lemigas.

Kemudian proyek karbon dioksida EOR di Lapangan Limau Biru oleh Japex dan Lemigas yang juga terlibat di proyek MRV Methodology.

Proyek lainnya adalah karbon dioksida Source-Sink Match oleh ITB dan Janus, serta proyek CCUS/CO2-EGR di Tangguh oleh BP Berau Ltd dan ITB.

Sementara itu terdapat empat proyek potensial lainnya, yaitu Banggai Ammonia Plant di Sulawesi Tengah oleh Panca Amara Utama, Jogmec, Mitsubishi, dan ITB.

Terdapat pula CCS Study di Lapangan Sakakemang oleh Repsol, proyek CCS/CCUS di Lapangan Abadi Masela oleh Inpex, serta Blue Ammonia Production menggunakan sequestration karbon dioksida oleh Toyo Engineering Corporation, Pupuk Kalimantan Timur, dan Pertamina Hulu Energi.

Potensi emisi yang tersimpan dari CCUS yang berasal dari Lapangan Gundih, Sukowati, dan Tangguh diperkirakan sekitar 48 juta karbon dioksida.

"Kami melihat bahwa energi hijau ke depan tentunya adalah energi baru terbarukan. Untuk itu, kita perlu strategi energi transisi," pungkas Tutuka.

Baca juga: Komisi Ekonomi PBB ingatkan Indonesia untuk turunkan emisi karbon
Baca juga: KLHK mantapkan Pedoman "net sink" karbon sektor hutan dan lahan 2030

Baca juga: Dukung nol emisi pada 2060, PLN pelajari teknologi penyimpanan karbon
 

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021