"Jika tidak diantisipasi, varian ini dapat menyebar di Indonesia dan dikhawatirkan akan kembali menjadi tsunami COVID-19. Jadi, bisa sia-sia langkah pemerintah yang telah berhasil menurunkan angka positif COVID-19," ujar Ketua DPD RI LaNyalla dalam pernyataan resmi yang diterima di Jakarta, Kamis.
Sebab, lanjutnya, varian Mu disebut memiliki resistensi terhadap vaksin. Varian itu pertama kali terdeteksi di Kolombia dan saat ini sudah terkonfirmasi ditemukan di 39 negara.
Baca juga: Pakar:Varian Delta lebih menular-mengkhawatirkan dibanding varian Mu
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memasukkannya dalam daftar Variant of Interest atau varian SARS-CoV-2 yang memiliki kemampuan genetik dapat mempengaruhi karakteristik virus.
"Meskipun tidak seganas Delta, varian Mu memiliki prevalensi mencapai 0,1 persen dari semua kasus COVID-19," kata LaNyalla.
Senator asal Jawa Timur itu mengatakan meski di Tanah Air belum ditemukan kasus COVID-19 dengan varian tersebut, mobilitas yang tinggi dan terbukanya sektor perhubungan dengan luar negeri dikhawatirkan dapat berdampak pada kondisi tersebut.
Karena itu, LaNyalla meminta pemerintah untuk memperketat jalur masuk ke Indonesia dari semua pintu kedatangan sebagai langkah antisipasi.
"Ini harus menjadi pertimbangan dan landasan kebijakan untuk diperketat pintu-pintu masuk ke Indonesia, baik jalur udara, darat maupun laut," tegasnya.
Baca juga: Wapres: Perketat pintu masuk RI cegah varian Mu
Baca juga: Pokja Genetik UGM: Varian Mu tidak lebih ganas dari Delta
Sebelumnya, Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi dalam konferensi pers pada Rabu (8/9) mengatakan bahwa pemerintah terus mengintensifkan komunikasi dengan WHO guna memantau varian Mu di sejumlah negara.
Nadia juga mengatakan jajarannya terus berkoordinasi dengan petugas pintu masuk Indonesia untuk menyusun kebijakan mengantisipasi kemungkinan masuknya Mu.
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021