Yang kini berbeda di Pekan Mode New York

9 September 2021 16:06 WIB
Yang kini berbeda di Pekan Mode New York
Model memeragakan koleksi busana karya Prabal Gurung untuk koleksi musim semi/panas 2022 di 20 Battery Place dalam gelaran New York Fashion Week pada Rabu (8/9). (Evan Agostini/Invision/AP)
Pekan mode New York (New York Fashion Week/NYFW) untuk musim semi 2022 kembali pada hakikatnya yaitu digelar secara offline. Kendati demikian ada banyak hal yang membuat gelaran fesyen ini tak lagi sama seperti biasanya.

Pagelaran busana untuk tren musim semi 2022 ini dinilai telah dimulai dengan awal yang baik, meskipun banyak pertunjukan dikerucutkan jadi lebih sedikit dengan jumlah pengunjung yang lebih kecil. Belum lagi sejumlah desainer kini mengabaikan fotografer di luar tim mereka yang hendak meliput.

Baca juga: Erigo sukses tampil di New York Fashion Week

"Lebih penting untuk menjadi eksklusif saat ini. Jelas, dari perspektif keamanan, tetapi juga karena sudah waktunya untuk meminimalkan dan mengurangi (pengunjung), membidik pada apa yang penting dan menghilangkan kelebihannya," kata desainer LaQuan Smith dikutip dari laman WWD, Kamis.

Pada Kamis malam, Smith mempersembahkan peragaan busana pertama di Empire State Building dengan kapasitas 160 tamu dibandingkan dengan 350 tamu biasanya.

Dalam gelaran kali ini industri fesyen dianggap telah berupaya untuk menjadi lebih inklusif terutama sejak kasus Black Lives Matter.

"Desainer kulit hitam tidak menginginkan perlakuan khusus, kami hanya menginginkan penagihan dan kesempatan yang sama,” kata desainer Sergio Hudson, yang mendandani Michelle Obama untuk pelantikan Presiden Joe Biden.

Pagelaran busana Hudson di NYFW 2022 ini akan menjadi yang kedua. Pertunjukkan pertamanya digelar pada Februari 2020 sesaat sebelum dunia dihantam COVID-19.

Pameran di Metropolitan Museum of Art Costume Institute yang akan datang bertajuk “In America: A Lexicon of Fashion,” juga bertujuan untuk dihadirkan dengan lebih inklusif. Menggunakan acara peringatan 10 tahun Prabal Gurung dari 2019, dan pertanyaannya "Siapa yang menjadi orang Amerika?" sebagai tema sentral. Acara fesyen ini akan mengeksplorasi politik, protes, individualisme dan imigran yang membentuk industri.

“Perjuangan saya selalu seperti ini, bahwa Amerika telah banyak diinformasikan oleh lensa kolonial,” kata Gurung yang merupakan desainer keturunan Nepal-Amerika.

“Jadi untuk melihat semua ini, bahkan kalender baru dengan semua desainer dari 'kulit berwarna' ini, rasanya mengasyikkan. Dan saya harap pertunjukan setiap orang berbeda karena itulah yang dibutuhkan oleh fesyen," tutup Gurung.


Baca juga: NY Fashion Week dibuka dengan koleksi Badgley Mischka & Tadashi Shoji

Baca juga: Erigo wakili Indonesia di ajang New York Fashion Week

Baca juga: Pemerintah apresiasi 16 jenama Indonesia di Times Square New York

Pewarta: Maria Rosari Dwi Putri
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021