• Beranda
  • Berita
  • Delapan `Jalan Tikus` di Perbatasan Sintang-sarawak

Delapan `Jalan Tikus` di Perbatasan Sintang-sarawak

17 Desember 2010 08:37 WIB
Sintang (ANTARA News) - Kepolisian Resor Sintang mencatat delapan "jalan tikus" atau jalan sempit tempat lalu lintas warga di sepanjang kawasan perbatasan Kabupaten Sintang dan wilayah Sarawak (Malaysia) selama melaksanakan patroli perbatasan.

"`Jalan tikus` itu merupakan akses warga perbatasan untuk keluar masuk dari dan ke negara tetangga Malaysia," kata Kapolres Sintang, Ajun Komisaris Besar (Pol) Firly Ruspang Samosir di Sintang, Jumat.

Polres Sintang baru menyelesaikan melaksanakan patroli perbatasan yang melibatkan 80 orang anggotanya selama 14 hari. Patroli itu dilaksanakan dari tanggal 29 November hingga 12 Desember 2010.

"Sasaran patroli yang kami lakukan selain mendukung pengamanan kawasan perbatasan juga untuk mengantisipasi peredaran senjata, bahan peledak hingga narkoba," katanya.

Ia mengatakan, operasi itu juga ditujukan untuk menciptakan kondisi menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2011.

"Patroli ini kami laksanakan bersamaan dengan sejumlah operasi lainnya seperti operasi zebra dan operasi antinarkotika dalam rangka cipta kondisi menjelang Natal dan Tahun Baru," kata dia.

Menurutnya, pengawasan terhadap masyarakat yang melintas batas tetap dilaksanakan secara intensif oleh pihak kepolisian.

"Polres Sintang di kawasan perbatasan punya dua pos yaitu di Desa Jasa dan Desa Nanga Bayan Kecamatan Ketungau Hulu," jelasnya.

Menurutnya, ketika melaksanakan patroli, anggotanya berhasil mendapati enam orang masyarakat perbatasan yang membawa barang-barang dari Malaysia.

"Sebenarnya banyak yang lainnya tetapi yang tertangkap tangan ketika patroli hanya enam orang itu," ucapnya.

Namun menurutnya keenam itu tidak diproses dan hanya sekadar diberi peringatan saja.

"Apalagi kebanyakan barang yang dibawa mereka adalah barang kebutuhan pokok," imbuhnya.

Ia mengaku prihatin dengan kondisi itu karena memang sebagian besar barang-barang kebutuhan pokok yang ada di kawasan perbatasan lebih banyak berasal dari Malaysia.

"Mau bagaimana lagi, sebagian besar masyarakat menjual hasil bumi dan membeli kebutuhan pokoknya dari Malaysia karena minimnya pasokan dari negeri sendiri akibat akses jalan yang rusak parah," ucapnya.

Untuk aktivitas ekonomi di kawasan perbatasan melalui jalur tikus memang sebenarnya tidak mudah karena harus melalui jalan berbukit.

"Tetapi tetap dipilih masyarakat karena untuk sampai ke ibu kota kabupaten Sintang jauh lebih sulit dari pergi ke Malaysia," jelasnya.

Ia menilai sejauh ini kondisi kawasan perbatasan Sintang masih sangat kondusif.

"Patroli tetap kami laksanakan rutin dan terkadang juga kami laksanakan patroli gabungan bersama polisi Malaysia," kata dia. (ANT-172/K004)


Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010