• Beranda
  • Berita
  • Basarnas evakuasi mayat yang diduga korban perahu pecah di Tulungagung

Basarnas evakuasi mayat yang diduga korban perahu pecah di Tulungagung

9 September 2021 19:37 WIB
Basarnas evakuasi mayat yang diduga korban perahu pecah di Tulungagung
Ilustrasi. (ANTARA/HO)
Tim Basarnas Pos SAR Trenggalek mengevakuasi mayat yang diduga nelayan korban perahu pecah yang dilaporkan hilang di Pantai Ngalur, Desa Jengglungharjo, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Kamis.

Jasad pria dewasa itu ditemukan dalam kondisi sudah rusak dan membusuk, terjepit di celah batuan karang. Proses evakuasi masih diupayakan tim Basarnas, namun posisi jenazah yang ada dicepitan karang serta deburan ombak saat air pasang menyulitkan petugas.

"Posisinya jauh jangkauan, ini berpacu dengan waktu, sekali ini gagal maka ditunda lagi besok,” jelas Koordinator Basarnas Pos SAR Trenggalek Yoni Fahriza dikonfirmasi melalui telepon.

Belum dipastikan apakah temuan mayat itu adalah satu dari dua nelayan korban perahu pecah yang sebelumnya masih dalam pencarian.

Tim Inafis Polres Tulungagung saat ini juga telah bersiaga di lokasi evakuasi untuk mengidentifikasi jenazah dan mencocokkannya dengan ciri fisik serta sidik jari nelayan korban kapal pecah yang sudah dikantongi petugas Inafis.

Sosok mayat pria dewasa yang diduga nelayan korban perahu pecah itu pertama kali diketahui seorang pemancing asal Desa Jengglungharjo yang ada di sekitar lokasi.

"Medannya sangat sulit. Kemarin itu mayat ditemukan sudah sore dan ombaknya besar. Jadi warga tidak berani," kata Kepala Desa Jengglungharjo Rudi Santoso.

Sebelumnya, Senin (30/8) kecelakaan laut dialami sebuah perahu yang ditumpangi lima nelayan pencari lobster asal Prigi Trenggalek di perairan sekitar lokasi ditemukannya mayat. Perahu yang mereka tumpangi pecah menghantam karang setelah didorong ombak besar.

Tiga nelayan berhasil selamat, namun dua lainnya dilaporkan hilang. 

Menurut Rudi, lokasi ditemukannya mayat itu sulit dijangkau oleh kendaraan bermotor. Untuk menuju lokasi penemuan mayat ini, harus ditempuh dengan jalan kaki sekitar 30 menit dari Pantai Ngalur.

"Misalkan nanti evakuasi dinilai menyulitkan dan berbahaya jika lewat atas, maka opsi keduanya bisa lewat laut," ujarnya.

Dari video amatir yang dikirimkan oleh warga, mayat ini berada dalam celah sempit diantara bebatuan.

Celah bebatuan ini hanya selebar tubuh orang dewasa. Saat air pasang, celah ini biasanya terisi air laut.

Untuk melakukan evakuasi mayat ini, jika memungkinkan menggunakan tali dari atas. Jika tidak, maka akan dilakukan evakuasi dari laut.

 

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2021