Dengan didukung oleh hasil-hasil riset ilmiah sebagai bukti yang menggambarkan betapa rendah risikonya, jelas itu sebuah terobosan yang baik bagi kesehatan publik
Tingginya angka prevalensi perokok di Indonesia berpotensi terus menambah masalah terhadap kesehatan publik, sehingga produk tembakau alternatif dinilai dapat menjadi terobosan baru dalam menurunkan jumlah perokok.
“Produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik maupun snus, sejauh ini telah menerapkan konsep pengurangan risiko tembakau (tobacco harm reduction) terhadap kesehatan,” kata Wakil Ketua Yayasan Manusia Welas Asih (Mawas) Dimas Syailendra, dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.
Ia menjelaskan berdasarkan sejumlah penelitian baik dari dalam dan luar negeri, produk rokok elektrik maupun snus ini disebut lebih rendah risiko hingga 90 - 95 persen dari pada rokok konvensional.
Salah satunya adalah riset yang dilakukan badan eksekutif dari Departemen Kesehatan dan Pelayanan Sosial di Inggris, Public Health England yang berjudul “Evidence Review of E-Cigarettes and Heated Tobacco" bahwa hasil dari kajian ilmiah tersebut menyatakan profil risiko dari produk tembakau alternatif 95 persen lebih rendah daripada rokok.
“Dengan didukung oleh hasil-hasil riset ilmiah sebagai bukti yang menggambarkan betapa rendah risikonya, jelas itu sebuah terobosan yang baik bagi kesehatan publik,” kata Dimas.
Pada Februari 2021, Public Health England juga telah menerbitkan laporan independen ketujuh yang merangkum bukti terbaru tentang rokok elektrik.
Pada 2020, sebanyak 27,2 persen orang menggunakan rokok elektrik sebagai bantuan untuk berhenti merokok dalam kurun waktu 12 bulan dibandingkan dengan 15,5 persen orang yang menggunakan terapi nikotin, dan 4,4 persen yang menggunakan obat varenicline.
Dimas berpendapat hasil riset yang mendukung pengurangan risiko ini sejalan dengan misi Mawas, yaitu membangun kesadaran masyarakat terhadap potensi risiko, salah satunya kesehatan. Oleh sebab itu, kehadiran produk tembakau alternatif dapat dimaksimalkan untuk mengurangi prevalensi perokok.
“Adanya produk dengan risiko jauh lebih rendah dari rokok tentu akan semakin baik. Masyarakat cerdas yang sadar risiko akan semakin terbentuk untuk menciptakan bangsa yang lebih baik,” ujar Dimas.
Baca juga: Asosiasi harapkan pemerintah dukung pemanfaatan tembakau alternatif
Baca juga: AVI berharap pemerintah lakukan kajian produk tembakau alternatif
Baca juga: Pengamat: Perlu kajian ilmiah untuk pemanfaatan produk hasil inovasi
Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021