Menurut Moeldoko, terobosan tes COVID-19 dengan metode kumur ini harus segera disosialisasikan dan dimanfaatkan untuk masyarakat.
“Inovasi masa depan seperti ini tidak boleh berhenti. Persoalannya kan belum banyak orang mengerti," kata Moeldoko, saat menerima audiensi dua pencipta tes COVID-19 dengan metode kumur, di Jakarta, Jumat, sebagaimana siaran pers Kantor Staf Presiden.
Menurut Moeldoko, perlu ada sinergi dengan lembaga-lembaga negara terkait untuk bisa mengeksplorasi temuan ini.
“Ini perlu ada partner, apakah dari BPPT atau LIPI. Sehingga menjadi nasional dan dipahami dan dimanfaatkan oleh publik,” ujarnya.
Moeldoko memastikan, KSP siap memfasilitasi hasil cipta anak-anak bangsa, terutama di bidang bioteknologi.
Baca juga: Luhut minta 8 persen dana desa dialokasikan beli alat deteksi COVID
Baca juga: Bio Farma akan produksi alat deteksi COVID BioSaliva 40.000/bulan
"Anda jangan merasa kesepian dan sendiri. Negara pasti hadir untuk mewadahi hasil kerja keras kalian. Apalagi saat ini kita sedang mempersiapkan program Manajemen Talenta Nasional, untuk memfasilitasi inovasi-inovasi anak bangsa," ucap Moeldoko berpesan.
Sementara itu pencipta alat pendeteksi COVID-19 dengan metode kumur (Gargling), Sharlini mengatakan metode kumur memiliki akurasi 90 persen.
"Metode Kumur yang kami beri nama 'BioSaliva Gargle VTM' ini, bisa menjadi alternatif bagi masyarakat yang tidak nyaman dengan metode colok hidung. Tes kumur ini tidak ada bedanya dengan PCR sebagai standar emas deteksi COVID-19. Tingkat akurasinya 90 persen,” tutur Sharlini menjelaskan.
Dalam kesempatan itu, Sharlini menguraikan cara pemeriksaan COVID-19 dengan metode kumur.
"Satu jam sebelumnya tidak boleh makan minum dulu. Kumurnya di tenggorokan bukan di mulut, jadi kepala harus mendongak ke atas dan harus ada suara," papar Sharlini.
Baca juga: BRIN fokus pengembangan vaksin dan alat deteksi COVID-19
Dia mengatakan metode kumur lebih efektif dan efisien, serta tidak membutuhkan banyak tenaga kesehatan dalam pelaksanaannya.
"Metode ini bisa dilakukan sendiri. Tinggal nanti hasil tesnya dibawa ke layanan kesehatan untuk diperiksa menggunakan mesin PCR," lanjut Sharlini.
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2021