"Ini adalah kombinasi dari virus corona dan semikonduktor, tetapi saat ini virus corona yang memiliki dampak luar biasa," kata eksekutif Toyota Kazunari Kumakura, dikutip Channel News Asia, Sabtu.
Tidak seperti pembuat mobil global besar lainnya yang sebelumnya dipaksa untuk mengurangi rencana produksi, Toyota telah berhasil menghindari pengurangan produksi karena telah menimbun komponen utama di sepanjang rantai pasokan yang diperketat terhadap gangguan setelah gempa bumi dahsyat di timur laut Jepang pada 2011.
Baca juga: Syarat vaksin COVID untuk ibu hamil & Toyota e-Pallete setop operasi
Pengumuman pembuat mobil Jepang tersebut adalah tanda lebih lanjut bahwa tidak ada bagian dari industri mobil global yang lolos dari dampak pandemi.
Penjualan mobil di China pada bulan Agustus turun hampir seperlima dari tahun sebelumnya karena sedikitnya kendaraan yang dibeli konsumen.
Toyota sekarang mengharapkan untuk membangun 9 juta kendaraan pada tahun ini hingga 31 Maret, bukan 9,3 juta. Itu tidak merevisi perkiraan laba operasi sebesar 2,5 triliun yen (22,7 miliar dollar AS) untuk tahun bisnis.
Menambah pemangkasan 360.000 kendaraan dalam produksi di seluruh dunia pada September, Toyota mengatakan akan mengurangi produksi lebih lanjut sebanyak 70.000 unit pada bulan ini dan 330.000 pada Oktober.
Permintaan chip telah melonjak selama pandemi karena perusahaan elektronik bergegas memenuhi permintaan untuk smartphone, tablet, dan perangkat lainnya selama pemberlakuan tetap di rumah.
Baca juga: Toyota akan buat mobil listrik 50 persen lebih murah
Baca juga: Toyota diperkirakan habiskan 13,5 miliar dolar kembangkan baterai EV
Baca juga: Cara TYCI maknai hari jadi yang ke-15
Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021