Diskusi ini hadir dalam bentuk video berjudul "From Meanies to Goodies" yang diharapkan dapat mendorong sikap empati dan simpati bagi warga digital.
Video "From Meanies to Goodies" ini menampilkan enam kreator populer dari Asia Tenggara, antara lain Ashilla Sikado (@ashilla.sikado) dari Indonesia, Ayn Bernos (@aynbernos) dari Filipina, Ceddy Lopez (@ceddyornot) dari Malaysia, Jeynelle Ng (@buffbaby88) dari Singapura, Khánh Vy (@khanhvyccf) dari Vietnam, dan Kru P Ann (@krupann.english) dari Thailand.
Baca juga: Indonesia tidak akan ikut-ikutan larang TikTok
Video ini menampilkan reaksi masing-masing kreator terhadap komentar di video mereka dan pemberian peringkat dari "jahat" ke "baik" pada komentar tersebut.
Mereka juga berbagi dampak dari komentar tersebut, baik itu komentar baik ataupun buruk.
Ini menunjukkan bagaimana komentar yang mungkin terlihat tidak penting atau biasa saja, tetap bisa memberikan dampak besar pada orang yang menerima komentar, bahkan terhadap keluarga dan orang terdekat kreator tersebut.
"Saat menerima komentar buruk, termasuk mengenai body shaming, itu memberikan dampak besar pada kepercayaan diriku. Tapi aku memilih untuk menghapus komentar tersebut lalu menekankan bahwa semua orang punya kecantikan yang unik dan mereka itu seperti layaknya ratu di kerajaan mereka masing-masing," kata kreator TikTok asal Indonesia Ashilla Sikado dalam keterangannya, Sabtu.
Baca juga: TikTok ubah kebijakan demi perangi hoaks
Pemutaran video "From Meanies to Goodies" ini menjadi bagian dari webinar "Bincang Literasi Digital: Ciptakan Kebaikan di Platform Digital" yang diselenggarakan TikTok Indonesia bersama dengan Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi.
Dalam diskusi itu dibahas bagaimana seharusnya masyarakat di dunia maya juga bisa bersikap sama seperti di dunia nyata khususnya terkait berkomentar.
Karena tak jarang ditemukan warganet kerap menebar kebencian dalam konten-konten yang dibuat oleh para kreator konten.
Komentar-komentar itu bahkan tak berhubungan dengan isi kontennya dan justru menjurus menjatuhkan pribadi dari kreator konten.
TikTok pun berkomitmen di Indonesia untuk bisa menghadirkan lingkungan digital yang aman bagi penggunanya baik bagi kreator konten maupun yang sekadar menggunakannya untuk menonton saja.
"Melalui webinar dan video ini, kami ingin terus membangun diskusi tentang pentingnya menciptakan kebaikan di platform digital, melalui konten dan komentar yang diunggah. Kami sangat mengapresiasi kreator-kreator kami yang bersedia menceritakan pengalaman mereka di platform secara lugas, dan semoga itu bisa menginspirasi pengguna lain untuk berpikir sebelum mengunggah sesuatu," kata Public Policy and Goverment Relations TikTok Indonedia Faris Mufid.
Baca juga: GiGa Indonesia soroti Tik Tok yang ciptakan ketelanjangan sosial
Baca juga: Amazon klarifikasi larangan karyawan gunakan TikTok adalah kesalahan
Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2021