"Kondisi inilah yang menyebabkan biaya (cost) distribusi barang jadi mahal," kata Dirut PT Pelindo IV Prasetyadi memberikan gambaran kondisi distribusi barang dari wilayah Barat ke Timur Indonesia atau sebaliknya yang harus melewati beberapa pelabuhan yang dikelola perusahaan yang berbeda.
Namun dengan penyederhanaan layanan ketika Pelindo sudah terintegrasi menjadi BUMN Pelabuhan, maka distribusi barang dari Sabang hingga ke Merauke dan sebaliknya, barang yang diangkut tidak perlu lagi gonta-ganti kapal ketika sandar di pelabuhan transit di wilayah Pelindo.
Cukup dengan kapal yang sama dan barang tidak perlu dipindah-pindahkan lagi seperti yang dilakukan selama ini yang butuh waktu, tenaga dan tambahan biaya logistik.
Di Indonesia pelabuhan laut dikelola oleh PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) yang dioperasikan dengan empat perusahaan berbeda yakni Pelindo I, II, III dan IV. Pelindo I berpusat di Medan dengan wilayah kerja Aceh, Sumatera Utara, Riau dan Kepulauan Riau. Pelindo II membawahi 10 provinsi mulai dari Sumatera Barat hingga Jawa Barat dengan 12 pelabuhan dengan kantor pusat di Jakarta.
Sedangkan Pelindo III berpusat di Surabaya dengan membawahi Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, sementara Pelido IV membawahi daerah lainnya di Indonesia bagian Timur.
Demikian salah satu gambaran sederhana yang diberikan Prasetyadi untuk menjelaskan salah satu alasan, sehingga pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memutuskan untuk melakukan integrasi seluruh BUMN Kepelabuhanan yaitu PT Pelindo I, II, III, dan IV (Persero) yang dijadwalkan 1 Oktober 2021.
Integrasi kepelabuhanan ini bertujuan untuk mengembangkan konektivitas maritim, standarisasi pelayanan pelabuhan serta akan berdampak pada peningkatan kinerja dan efisiensi bagi BUMN Pelabuhan dalam berkompetisi secara global.
Prasetyadi mengatakan, integrasi Pelindo akan meningkatkan kinerja pelabuhan, konektivitas maritim dan ekonomi nasional.
Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo melansir bahwa integrasi Pelindo menjadi suatu keharusan untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi nasional.
Apalagi disadari Indonesia sebagai negara maritim yang luas, harus memiliki perencanaan alur pelayaran dan barang yang lebih integratif.
Selama ini dengan empat perusahaan di wilayah operasi regional yang berbeda, menyulitkan BUMN merencanakan alur dan investasi yang bisa mendukung efisiensi biaya logistik nasional. Termasuk menjadi penyebab operasional pelabuhan belum terstandarisasi.
Namun dengan integrasi, Pelindo diyakni akan memiliki kontrol dan kendali strategis yang lebih baik dan ujung-ujungnya biaya logistik dapat ditekan.
Dengan bergabungnya Pelindo I, II, III dan IV nanti, maka Pelabuhan di Indonesia akan menghasilkan pelabuhan peti kemas terbesar ke-8 di dunia. Sementara dengan terintegrasinya pelabuhan kelak, maka terdapat potensi penurunan biaya logistik dengan optimalisasi infrastruktur pelabuhan.
Selama ini biaya logistik Indonesia berkisar 23 persen atau lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain seperti China yang hanya 15 persen dan Malaysia hanya 13 persen.
Setidaknya ada lima penyebab tingginya biaya logistik di Indonesia yakni regulasi pemerintah yang tidak kondusif, efisiensi "value chain" darat yang rendah, efisiensi "value choin" yang rendah, operasi dan infrastruktur pelabuhan tidak optimal serta suply-demand yang tidak seimbang.
Sementara saat Pelindo terintegrasi menjadi BUMN Pelabuhan ke depan dapat lebih fokus sesuai dengan lini bisnisnya yang dikelompokkan dalam klaster-klaster bisnis yakni klaster peti kemas, non peti kemas, logistik & hinterland development dan marine, equipment & port services.
Tujuan dari pengelompokan klaster-klaster bisnis ini akan meningkatkan kapabilitas dan keahlian yang akan berdampak pada peningkatan kepuasan pelanggan melalui kualitas layanan di lapangan.
Dapat dukungan
Sinergitas dan integrasi pelabuhan ini demi memberikan layanan yang lebih baik dan peningkatan efisiensi dalam penggunaan sumber daya keuangan, aset dan SDM mendapat dukungan dari seluruh karyawan dan Serikat Pekerja keempat Pelindo.
Hal itu dikemukakan Sekretaris Perusahaan PT Pelindo IV Dwi Rahmad Toto.
Dia mengatakan, menyikapi rencana integrasi Pelindo ini, semua pihak memberikan respon positif. Apalagi telah ditegaskan bahwa dalam integrasi pelabuhan ini tidak ada PHK, termasuk pengurangan kesejahteraan karyawan.
Dengan integrasi maka sekat-sekat region dari karyawan akan hilang, namun sebaliknya keragaman akan disatukan. Hal ini sudah dikemukakan Dirut Pelindo IV saat Raker II 2021 pada 29 Agustus 2021.
Disebutkan keempat Pelindo telah menyiapkan diri memasuki fase baru di dalam sejarah kepelabuhanan. Termasuk menyiapkan Serikat Pekerja Pelindo IV akan tertampung dalam struktur perusahaan yang baru nanti.
Sedangkan pada Raker II 2021, Komisari Utama PT Pelindo IV, Fachry Ali sempat menyampaikan apresiasinya pada karyawan PT Pelindo IV yang dinilai tetap bersemangat di tengah wacana integrasi BUMN Pelabuhan.
Dia mengatakan, dalam waktu yang tidak lama lagi semua akan menjadi satu Pelindo. Meski demikian, semua insan Pelindo IV tetap memperlihatkan kinerjanya dengan bersungguh-sungguh.
Ia menilai bahwa dari direksi sampai kepada anak-anak perusahaan memperlihatkan sebuah kesediaan untuk menerima perubahan yang bersifat fundamental yaitu munculnya "Pelindo Raya".
Dengan integrasi pelabuhan itu, rentang kendali, artikulasi dan rentang kinerja akan bersifat horisontal yang terbentang dari Sabang sampai Merauke.
Karena itu, wajarlah jika semuanya memerlukan adaptasi baru, keterampilan (skill) baru, pengetahuan dan wawasan baru yang di atas semuanya akan ada kepemimpinan baru. Pembenahan Infrastruktur
Untuk mencapai misi dari integrasi pelabuhan dengan optimalisasi layanan, maka pembenahan infrastruktur di empat Pelindo terus digenjot, tak terkecuali Pelindo IV yang beroperasi di Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang menguasai sekitar 49 persen wilayah maritim Indonesia.
Dirut Pt Pelindo IV Prasetyadi mengatakan, menyongsong integrasi pelabuhan tersebut, pihaknya terus menggenjot pengerjaan fisik proyek strategis nasional (PSN) yang ada di KTI.
PT Pelindo IV (Persero) telah mencatat progres fisik total investasi induk dan anak perusahaan mencapai 72,47 persen dengan penyerapan anggaran sebesar Rp254,16 miliar pada triwulan II-2021.
Progres fisik terbesar adalah kegiatan investasi dilakukan di Cabang Biak dan Ternate yang hingga triwulan II tahun ini telah mencapai 100 persen.
Menyusul progress fisik pekerjaan di Cabang Jayapura 82,1 persen, Cabang Fakfak 77,9 persen, Direktorat Teknik 75,1 persen dan Cabang Sorong 71,7 persen.
Sedang Cabang Terminal Petikemas Bitung mencapai 38,2 persen, Cabang Terminal Petikemas Makassar dengan progres fisik 47,7 persen, Cabang Tarakan 12,7 persen dan Cabang Pantoloan yang mencapai progres fisik 5,0 persen.
Khusus PSN Makassar New Port (MNP) pengerjaan fisiknya telah mencapai 77,54 persen. MNP Tahap I A telah dioperasikan. Sementara konstruksi Tahap IB dan IC masih berjalan.
Prasetyadi optimistis hingga akhir 2021, semua pekerjaan fisik akan rampung sesuai dengan target yang ditetapkan. Khusus tahun ini Perseroan menyiapkan total investasi untuk induk dan anak perusahaan sebesar Rp1,57 triliun.
Selain pembenahan infrastruktur menyambut integrasi pelabuhan, lanjut dia, Pelindo IV juga membangun model bisnis baru yang ditandai dengan penyerahan pengelolaan peti kemas di Cabang Kendari dan Tarakan kepada Strategic Business unit (SBU) Pelayanan Peti Kemas.
Menurut Dirut Pelindo IV, perubahan model bisnis ini merupakan persiapan dalam rangka Pelindo bersatu, karena nanti peti kemas akan dikelola oleh satu klaster tersendiri, sehingga pihaknya sudah mulai menyiapkan di Pelindo IV ada SBU yang khusus mengelola peti kemas.
Jadi pada saat dilakukan integrasi atau merger tinggal di "spin off" masuk ke klaster peti kemas, sehingga memudahkan pengelolaannya.
Semua upaya yang dilakukan Pelindo IV ini, begitu pula ketiga Pelindo lainnya adalah satu langkah ke depan untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat dan pengguna jasa kepelabuhanan internasional.
Termasuk untuk menghadapi persaingan global dari jasa kepelabuhanan, khususnya negara-negara tetangga yang lebih awal masuk dalam kelompok "Top 10 Global and International Terminal Operators".
Baca juga: Integrasi Pelindo upaya wujudkan Indonesia poros maritim dunia
Baca juga: IPC: Integrasi Pelindo sesuaikan standar kelola pelabuhan
Baca juga: Integrasi Pelindo memudahkan fokus pengembangan bisnis
Pewarta: Suriani Mappong
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021