Hujan sangat lebat yang turun pada Selasa pukul 05.30 hingga pukul 10.00 pagi menyebabkan banjir dan tanah longsor di Kota Serui, ibu kota Kabupaten Kepulauan Yapen di Provinsi Papua menurut petugas Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah V Jayapura.
"Berdasarkan hasil pengamatan curah hujan pada Stasiun Meteorologi Serui, data curah hujan tertakar ialah 179 mm dalam kurun waktu kurang lebih tiga jam, kondisi cuaca tersebut termasuk dalam kategori hujan ekstrem," kata Sub Koordinator Bidang Pelayanan Jasa BBMKG Wilayah V Jayapura Ezri Ronsumbre.
Ezri menjelaskan, secara klimatologis Kabupaten Kepulauan Yapen termasuk wilayah Non Zona Musim atau wilayah yang tidak memiliki perbedaan jelas antara musim hujan dan musim kemarau.
"Hujan cenderung turun merata sepanjang tahun dengan puncak hujan umumnya terjadi dua kali setahun, yakni pada Maret dan September," katanya.
"Pada September, frekuensi kejadian hujan di Kepulauan Yapen akan meningkat karena merupakan salah satu puncak hujan tahunannya," ia menambahkan.
Ia menjelaskan pula bahwa pada 13 September 2021 suhu muka laut di wilayah utara Papua cukup hangat dan terbentuk daerah pumpunan angin di sekitar wilayah Teluk Cenderawasih.
Kondisi yang demikian, menurut dia, berkontribusi pada pembentukan awan-awan hujan, terutama awan konvektif yang menyebabkan hujan lebat hingga sangat lebat.
"Kami mengimbau masyarakat untuk selalu memperhatikan kondisi lingkungan tempat tinggal, tetap waspada apabila terjadi hujan lebat dengan durasi lebih lama mengingat secara klimatologis September merupakan salah satu puncak hujan di Kabupaten Kepulauan Yapen," katanya.
Baca juga:
Banjir rendam rumah 1.155 keluarga di Keerom, Papua
Banjir melanda Sorong, sebabkan dua orang meninggal
"Berdasarkan hasil pengamatan curah hujan pada Stasiun Meteorologi Serui, data curah hujan tertakar ialah 179 mm dalam kurun waktu kurang lebih tiga jam, kondisi cuaca tersebut termasuk dalam kategori hujan ekstrem," kata Sub Koordinator Bidang Pelayanan Jasa BBMKG Wilayah V Jayapura Ezri Ronsumbre.
Ezri menjelaskan, secara klimatologis Kabupaten Kepulauan Yapen termasuk wilayah Non Zona Musim atau wilayah yang tidak memiliki perbedaan jelas antara musim hujan dan musim kemarau.
"Hujan cenderung turun merata sepanjang tahun dengan puncak hujan umumnya terjadi dua kali setahun, yakni pada Maret dan September," katanya.
"Pada September, frekuensi kejadian hujan di Kepulauan Yapen akan meningkat karena merupakan salah satu puncak hujan tahunannya," ia menambahkan.
Ia menjelaskan pula bahwa pada 13 September 2021 suhu muka laut di wilayah utara Papua cukup hangat dan terbentuk daerah pumpunan angin di sekitar wilayah Teluk Cenderawasih.
Kondisi yang demikian, menurut dia, berkontribusi pada pembentukan awan-awan hujan, terutama awan konvektif yang menyebabkan hujan lebat hingga sangat lebat.
"Kami mengimbau masyarakat untuk selalu memperhatikan kondisi lingkungan tempat tinggal, tetap waspada apabila terjadi hujan lebat dengan durasi lebih lama mengingat secara klimatologis September merupakan salah satu puncak hujan di Kabupaten Kepulauan Yapen," katanya.
Baca juga:
Banjir rendam rumah 1.155 keluarga di Keerom, Papua
Banjir melanda Sorong, sebabkan dua orang meninggal
Pewarta: Hendrina Dian Kandipi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2021