Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melakukan pelatihan pembenihan ikan lele bagi pembudidaya ikan di Kota Sabang, Aceh, dalam rangka mendorong kemandirian kebutuhan pangan perikanan bagi masyarakat di daerah tersebut.Kegiatan ini merupakan salah satu langkah kita untuk dapat tingkatkan kapasitas SDM khususnya masyarakat di bidang kelautan dan perikanan
"Dengan adanya pelatihan pembenihan lele, dapat memberikan kemandirian bagi masyarakat untuk membudidayakan lele dari hulu ke hilir, sehingga warga masyarakat di Kota Sabang tidak perlu lagi mendatangkan penjual dari luar karena masyarakatnya sudah bisa melakukan pemijahan sehingga menghasilkan benih benih yang berkualitas," kata Plt Kepala Badan Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan (BRSDM) KKP Kusdiantoro dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa.
Pelatihan yang digelar pada tanggal 13-14 September 2021 dengan metode hibrida atau campuran daring dan luring itu dilakukan oleh Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Medan, sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) BRSDM, serta diikuti oleh sekitar 50 peserta.
Kusdiantoro, menuturkan bahwa terdapat dua segmen usaha dalam budidaya ikan lele, yakni usaha pembesaran dan usaha pembenihan. Namun pada umumnya, para peternak pembesaran tidak melakukan pembenihan sendiri.
Dengan adanya pelatihan ini, masih menurut dia, diselaraskan dengan teknologi yang mudah untuk diaplikasikan oleh masyarakat, diharapkan produksi perikanan di bidang budidaya dapat berkembang pesat.
"Kegiatan ini merupakan salah satu langkah kita untuk dapat tingkatkan kapasitas SDM khususnya masyarakat di bidang kelautan dan perikanan. Lele menjadi salah satu komoditas primadona hampir di semua daerah. Dari Sabang sampai Merauke tidak ada yang tidak mengenal lele," katanya.
Dalam membangun budidaya lele, papar Kusdiantoro, BRSDM melalui hasil riset dan inovasinya juga memiliki strain unggul yakni lele Mutiara (Mutu Tinggi Tiada Tara), yang telah didistribusikan ke sebanyak 31 provinsi dan memiliki beragam keunggulan.
Sejumlah keunggulan dari lele Mutiara, lanjutnya, antara lain memiliki pertumbuhan 20 sampai 70 persen lebih cepat dibandingkan strain lele yang lainnya, hemat dalam penggunaan pakan sehingga dapat menekan biaya pengeluaran, angka rasio konversi pakan (FCR) lele Mutiara hanya 0,6–1 dibanding strain lele lainnya yang berkisar 1–1,2.
Di samping itu, ujar dia, lele Mutiara juga memiliki ketahanan yang tinggi terhadap penyakit. Hal tersebut dibuktikan dengan uji coba dengan cara menginfeksi benih ikan lele Mutiara dengan bakteri Aeromonas hydrophila selama 60 jam, pada tingkat mortalitas hanya 30 persen. Hasilnya, lele Mutiara memiliki tingkat keseragaman ukuran mencapai 70 sampai 80 persen.
"Jadi harapannya dengan teknologi yang ada, produk yang bermutu serta pelatihan yang kontinu, dapat terintegrasi dan menghasilkan produk komoditas perikanan yang dapat dimanfaatkan untuk didesiminasikan kepada masyarakat. Melalui pelatihan ini, saya berharap Sabang menjadi salah satu kota yang tak hanya menjadi pusat perikanan laut tapi juga pusat perikanan darat," tegas Kusdiantoro.
Baca juga: KKP kembangkan strain unggulan ikan lele Mutiara
Baca juga: Dosen UMM "kawinkan" solar cell dan biona untuk budi daya ikan lele
Baca juga: Pastikan ketahanan pangan, KKP latih warga olah ikan lele
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021