Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Research Institute for Sustainable Humanosphere (RISH) Universitas Kyoto di Jepang melanjutkan kolaborasi untuk pengamatan dinamika dan proses di atmosfer di wilayah khatulistiwa dengan menggunakan Radar Atmosfer Khatulistiwa.mengapresiasi dukungan berkelanjutan dari Universitas Kyoto
"Kami berkomitmen untuk melanjutkan dukungan kami terhadap kolaborasi dengan Universitas Kyoto," kata Pelaksana tugas Kepala Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN Erna Sri Adiningsih dalam Simposium Internasional Lapan BRIN - Universitas Kyoto tentang Atmosfer Khatulistiwa dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) ke-20 Equatorial Atmosphere Radar di Jakarta, Senin.
Ia berharap dapat memperluas kolaborasi tidak hanya dengan keterlibatan Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa tapi juga semua organisasi riset di bawah BRIN.
Saat ini Radar Atmosfer Khatulistiwa atau Equatorial Atmosphere Radar (EAR) dipasang oleh RISH Universitas Kyoto di Kototabang, Agam, Sumatera Barat.
Erna menuturkan sejak pengoperasian EAR pada 2001, infrastruktur riset EAR sudah berkontribusi untuk banyak penelitian di bidang sains atmosfer, yang mana pencapaian atau hasil riset tersebut bukan hanya untuk tujuan ilmu pengetahuan tapi juga pemahaman dan pengetahuan yang lebih baik tentang dinamika atmosfer di wilayah tropis.
Baca juga: Lapan kembangkan teknologi radar cuaca ber-SNI
Baca juga: EMU Radar Kototabang untuk ungkap anomali mesosfer
Menurut dia, dengan pemahaman yang lebih baik terkait dinamika tropis di seluruh dunia, Indonesia dapat berkontribusi untuk pemahaman dan kolaborasi yang lebih baik antara para peneliti yang tidak hanya berasal dari Universitas Kyoto dan BRIN tapi juga dengan periset lain seperti dari berbagai universitas dan institusi riset di Asia Tenggara dan Asia Pasifik.
"Kami mengapresiasi dukungan berkelanjutan dari Universitas Kyoto terhadap kegiatan operasi dan pemanfaatan serta hasil keluaran dari operasional EAR di Indonesia," ujarnya.
Erna mengatakan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) yang sekarang berganti nama menjadi Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa sejak terintegrasi ke BRIN akan terus mendukung operasi EAR di masa depan.
Ia berharap kolaborasi di masa depan tidak hanya terbatas pada pemanfaatan EAR tapi juga dapat ditingkatkan dengan membentuk dan meningkatkan semua fasilitas riset yang potensial di Indonesia dan juga yang ada di bawah Universitas Kyoto.
"Dengan banyak pencapaian sejak 20 tahun lalu, saya percaya EAR sudah menjadi situs penting yang diingat untuk fasilitas riset di wilayah tropis di dunia," tutur Erna.
Baca juga: BMKG tambah empat radar cuaca
Baca juga: Radar EAR deteksi tsunami Aceh
Baca juga: Lion Pasang Radar Cuaca Tiga Dimensi
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021