Aliansi tersebut akan memfasilitasi Australia untuk mendapatkan teknologi pembuatan kapal selam bertenaga nuklir, sebagai bagian dari kesepakatan itu yang bertujuan untuk menghadapi kekuatan China yang semakin meningkat.
"Peningkatan kemampuan sekutu dekat dalam unjuk kekuatan harus memulihkan dan menjaga keseimbangan, bukan mengacaukannya," kata Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin dalam pernyataannya pada Selasa.
Pernyataan Locsin bertanggal 19 September itu berbeda dengan sikap Indonesia dan Malaysia yang memperingatkan bahaya kapal selam bertenaga nuklir di tengah persaingan negara-negara adidaya di Asia Tenggara.
Tanpa senjata nuklir di kapal selam tersebut, kata Locsin, langkah AUKUS tidak akan melanggar perjanjian tahun 1995 tentang upaya menjauhkan senjata nuklir dari Asia Tenggara.
Laut China Selatan terus menjadi sumber ketegangan China dengan AS --mitra pertahanan Filipina-- dan sekutu Baratnya yang rutin menggelar operasi "kebebasan navigasi" yang memicu kemarahan China.
Baca juga: Indonesia diminta dorong ASEAN tolak rencana kapal nuklir Australia
China menganggap operasi tersebut sebagai campur tangan asing di perairan yang diklaim sebagai wilayahnya.
Klaim China atas wilayah itu mendapat tentangan dari Filipina dan Vietnam yang menuduh China telah mengganggu kegiatan nelayan dan eksplorasi energi di Laut China Selatan.
Periode pemulihan hubungan dengan China yang singkat hampir berakhir tahun ini, tetapi Filipina semakin marah dengan kehadiran ratusan "milisi laut" China yang "mengancam" di zona ekonomi eksklusifnya.
Menurut Locsin, kedekatan hubungan bisa mempercepat respons, sehingga bagi Australia sebagai negara dekat ASEAN, meningkatkan kekuatan militernya bisa meningkatkan respons terhadap ancaman di wilayah itu. Dia tidak menjelaskan ancaman yang dimaksud.
Peningkatan kemampuan Australia, juga sekutu militer negara itu, diperlukan untuk menjaga keseimbangan, kata Locsin.
Sumber: Reuters
Baca juga: Inggris bela kerja sama keamanan dengan Australia, AS
Baca juga: Batalkan pesanan kapal selam, Australia disebut buat kesalahan besar
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2021