Penerapan konsep Poros Maritim Dunia perlu memiliki narasi besar yaitu untuk menjalankan prinsip ekonomi berkelanjutan serta harus dijalankan secara konsisten dan tanpa adanya monopoli agar dapat terwujud sepenuhnya dalam implementasi ke depannya.Narasi besarnya ekonomi kelautan yang berkelanjutan dengan beberapa elemen pendukung seperti akses dan distribusi kekayaan laut yang adil bagi semua pihak, tanpa ada monopoli apalagi oligarki
"Narasi besarnya ekonomi kelautan yang berkelanjutan dengan beberapa elemen pendukung seperti akses dan distribusi kekayaan laut yang adil bagi semua pihak, tanpa ada monopoli apalagi oligarki," kata Ketua Harian Ikatan Sarjana Kelautan Indonesia (Iskindo) Moh Abdi Suhufan ketika dihubungi Antara di Jakarta, Rabu.
Menurut Abdi, pada saat ini salah satu hambatan dalam pelaksanaan Poros Maritim Dunia adalah belum adanya narasi besar yang seragam dan diamini seluruh pihak.
Selain itu, ujar dia, berbagai dokumen perencanaan pembangunan jangka menengah dinilai belum secara utuh dan terintegrasi memuat isu dan strategi yang memprioritaskan pembangunan maritim nasional.
Baca juga: Poros maritim dunia harus konsisten lindungi nelayan tradisional
"Antarsektor belum saling mendukung bahkan saling bersaing dan melemahkan," katanya.
Untuk itu ia menegaskan agar ke depan rencana pembangunan jangka panjang 20 tahun harus secara lugas memuat narasi termasuk strategi prioritas pembangunan maritim dan kerangka pendanaannya serta dapat diimplementasikan secara konsisten.
Abdi menilai bahwa aspek konsistensi kerap menjadi salah satu titik lemah pembangunan maritim selama ini di Nusantara.
Dengan narasi ekonomi berkelanjutan, ia juga menginginkan agar lebih ditingkatkan perlindungan habitat dan ekosistem perairan yang kritis, serta jangan membangun industri yang ekstraktif.
Baca juga: Di EAS, Jokowi beberkan lima pilar Poros Maritim Dunia
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021