"Endemi dapat tercapai apabila peningkatan cakupan vaksinasi dibarengi dengan upaya kolektif lainnya yaitu pengawasan protokol kesehatan, kepatuhan seluruh masyarakat, kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan, peningkatan tes covid-19, serta pelacakan kontak erat," papar Wiku dalam konferensi pers yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan, vaksin dosis lengkap terbukti dapat mengurangi keparahan gejala, risiko perawatan di rumah sakit, dan risiko kematian.
"Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa orang yang sudah divaksin risiko tertular kembali menjadi lebih rendah, jumlah virus dalam tubuh lebih cepat turun, dan peluang terbentuknya varian baru lebih kecil," tuturnya.
Baca juga: Satgas minta PTM ditutup jika ditemukan kasus positif baru
Namun, ia mengingatkan, tentu saja vaksin tidak dapat menjadi satu-satunya tameng dalam menghadapi pandemi ini.
Vaksinasi, lanjut dia, terutama jika hanya dosis pertama dan tidak dibarengi kepatuhan protokol kesehatan tidak dapat menjamin lonjakan kasus untuk tidak terjadi lagi.
"Belajar dari pengalaman negara-negara dengan cakupan vaksinasi dosis pertama yang tertinggi di dunia yaitu Singapura 79 persen, Finlandia 73 persen, Inggris 71 persen, Jepang 66 persen, dan Amerika serikat 63 persen nyatanya lonjakan kasus masih dapat terjadi," ujarnya.
Wiku mengatakan, dengan adanya lonjakan kasus di berbagai negara dengan cakupan vaksinasi yang tinggi, maka Indonesia tidak boleh semata-mata bergantung pada efek vaksinasi untuk mencapai target endemik COVID-19.
"Penting untuk dipahami bahwa target vaksinasi pada masa pandemi adalah untuk membentuk kekebalan komunitas," ucapnya.
Ia menambahkan, kekebalan komunitas baru dapat terbentuk dengan sempurna apabila seluruhnya telah mendapatkan vaksinasi dosis lengkap.
"Untuk itu kita tidak boleh berpuas diri dan merasa aman hanya dengan vaksin, terutama jika hanya vaksin dosis pertama," kata Wiku.
Baca juga: Satgas: Belajar dari pengalaman untuk cegah gelombang ketiga
Baca juga: Panglima TNI apresiasi keberhasilan Riau tekan COVID-19
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021