Namun, panel itu menolak merekomendasikan booster bagi dewasa muda, termasuk tenaga kesehatan, yang tinggal atau bekerja di tempat dengan risiko tinggi terkena COVID-19.
Rekomendasi itu mempersempit cakupan izin penggunaan darurat yang dikeluarkan Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) pada Rabu.
Panduan yang dibuat Komite Penasihat Praktik Imunisasi CDC setelah melakukan voting itu masih menunggu persetujuan dari Direktur Rochelle Walensky.
Rekomendasi itu bersifat tidak mengikat, sehingga negara bagian atau yurisdiksi lain bisa mengabaikannya dan menggunakan pendekatan lain dalam pemberian dosis penguat.
Keputusan komite CDC itu membuka jalan bagi pemerintah AS untuk mulai memberikan booster pekan ini kepada jutaan orang yang telah diimunisasi lengkap dengan vaksin Pfizer.
Selain lansia, komite juga merekomendasikan suntikan penguat bagi mereka yang berusia di atas 50 dan memiliki penyakit bawaan, juga bagi kelompok usia 18-50 tahun dengan kondisi yang sama, menurut profil risiko masing-masing.
Kondisi kesehatan yang dimaksud mencakup kanker, diabetes, kondisi jantung tertentu, penyakit ginjal kronis, dan gangguan paru-paru.
Rekomendasi itu hanya mencakup sekelompok warga yang telah menerima dosis kedua vaksin Pfizer/BioNTech minimal enam bulan sebelumnya.
Kelompok itu saat ini berjumlah 26 juta orang, 13 juta di antaranya berusia 65 tahun ke atas.
Panel CDC tidak menyetujui pemberian dosis tambahan bagi kelompok-kelompok lain, termasuk tenaga kesehatan, guru, dan penghuni rumah penampungan dan penjara.
Anggota panel Lynn Bahta, yang bekerja di Departemen Kesehatan Minnesota, menentang rekomendasi panel itu.
Dia mengatakan data belum mendukung pemberian booster pada kelompok yang direkomendasikan.
"Sains menunjukkan kita (masih) memiliki vaksin yang efektif," kata dia.
Komite mengatakan mereka dapat meninjau lagi panduan yang dikeluarkan.
Bulan lalu, Presiden AS Joe Biden dan sejumlah petinggi kesehatan mengatakan mereka berharap dapat memberikan dosis penguat mulai pekan ini.
Menurut mereka, data menunjukkan bahwa kekebalan memudar seiring waktu.
Pakar vaksin Dr. Paul Offit mengatakan dirinya yakin para penasihat CDC juga khawatir jika pemberian booster menurut jenis pekerjaan, maka pemberiannya akan masif, terutama di kelompok dewasa muda. Padahal, efektivitas booster pada mereka masih belum jelas.
"...apa yang sedang kita lakukan pada dasarnya adalah apa yang diminta pemerintah (Bidan) - agar kita punya vaksin untuk populasi yang lebih luas, karena apotek tidak akan bertanya apakah Anda bekerja di toko grosir atau rumah sakit," kata dia.
Lebih dari 180 juta orang di AS telah divaksinasi lengkap, atau sekitar 64 persen dari populasi yang memenuhi syarat.
Pfizer dan beberapa pejabat tinggi kesehatan AS seperti Dr. Anthony Fauci berdalih bahwa program vaksinasi ekstra diperlukan untuk mengatasi kekebalan yang menurun.
Fauci dan pejabat lainnya juga mengatakan suntikan tambahan akan membantu menahan lonjakan kasus rawat inap dan kematian yang disebabkan oleh varian Delta lantaran banyaknya kasus infeksi terobosan pada orang yang telah divaksin lengkap.
Gelombang kasus rawat inap saat ini, terutama pada mereka yang belum divaksinasi, kemungkinan akan memuncak, meskipun kematian akibat COVID-19 di AS masih berada di kisaran 1.500 per hari selama pekan lalu, menurut data CDC.
AS mengizinkan pemberian dosis penguat pada orang dengan gangguan sistem kekebalan bulan lalu dan sekitar 2,3 juta orang telah menerima dosis ketiga itu, kata CDC.
Sumber: Reuters
Baca juga: AS diyakini akan izinkan vaksin Pfizer untuk anak usia 5-11 tahun
Baca juga: Pakar AS: Pfizer akan dijadikan dosis penguat, Moderna masih proses
Baca juga: AS akan berikan vaksin booster bulan ini, gunakan Pfizer
Pewarta: Anton Santoso
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2021