"Kita mencegah jangan sampai terkena stroke dengan mengendalikan faktor risiko. Kalau sudah terkena stroke tidak ada waktu lagi, kecuali segera ke rumah sakit," kata Direktur Utama (Dirut) RSPON dr. Mursyid Bustami, Sp.S (K), KIC, MARS dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Jumat.
Baca juga: RSPON: Tak ada korelasi antara pendarahan otak dan vaksinasi COVID-19
Mursyid menuturkan stroke merupakan salah satu permasalahan kesehatan utama di Indonesia dengan tingkat kematian tinggi. Tingkat kejadian stroke makin lama makin meningkat tiap tahun.
Secara umum, stroke terbagi dua macam, yakni stroke penyumbatan pembuluh darah dan stroke pendarahan (stoke hemoragik).
Persentase stroke pendarahan dari total kejadian stroke hanya sekitar 20 persen, bahkan ada beberapa kepustakaan di negara lain mencatat hanya 15 persen. Mayoritas kejadian adalah stroke penyumbatan pembuluh darah.
Sementara 70 persen pasien dengan stroke pendarahan mengeluh sakit kepala, dan 60 persen pasien diikuti dengan penurunan kesadaran, penurunan gerak tubuh, dan kejang.
Mursyid mengatakan stroke merupakan penyakit yang memiliki faktor yang mendasari, yakni faktor risiko yang berkaitan dengan kondisi kesehatan atau kondisi tubuh lain yang berpotensi untuk terjadinya stroke.
Menurut dia, ada faktor risiko yang bisa dikendalikan dan yang tidak bisa dikendalikan.
Faktor risiko yang tidak bisa dikendalikan, antara lain usia. Makin bertambah usia, makin besar terkena risiko stroke. Sementara di Amerika, kemungkinan kulit hitam terkena stroke lebih besar dibanding kulit putih.
Faktor risiko yang bisa dikendalikan, antara lain hipertensi, diabetes, gangguan irama jantung, kolesterol tinggi, kegemukan, kurang berolahraga, dan pola hidup tidak sehat.
Baca juga: Direktur RS PON: Masyarakat perlu kenali gejala stroke lewat FAST
Baca juga: Kenali gejala stroke yang bisa terjadi mendadak
Dalam mengendalikan faktor risiko tersebut, bisa dilakukan upaya, antara lain mengatur pola makan sehat, pola hidup sehat, mengurangi konsumsi gula, dan menghindari rokok. Bagi yang memiliki hipertensi dan diabetes, harus berobat teratur.
"Untuk mengurangi kemungkinan terkena stroke, kendalikan faktor risiko," ujar Mursyid.
Tanda-tanda penderita stroke, antara lain kelumpuhan wajah atau anggota badan, senyum tidak simetris, gerak separuh anggota tubuh melemah tiba-tiba, tiba-tiba bicara tidak lancar, bicara tidak jelas, perubahan kesadaran, gangguan penglihatan, sakit kepala hebat yang muncul tiba-tiba dan gangguan fungsi keseimbangan.
Ketika muncul tanda atau gejala awal serangan stroke tersebut, segera mendatangi rumah sakit terdekat yang bisa menangani stroke, karena penanganan yang lebih cepat akan mendatangkan hasil yang lebih baik.
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021