Mengutip keterangannya pada Sabtu, kompetisi yang digelar untuk kedua kalinya ini bekerja sama dengan Asosiasi Internet of Things Indonesia (ASIOTI), Indonesian Cybercrime Combat Center (IC4), Yayasan Semai Jiwa Amini (SEJIWA), dan Ikatan Psikolog Klinis Indonesia (IPK Indonesia).
Seperti tahun sebelumnya, EU Social DigiThon mengajak para inovator muda Indonesia untuk mengembangkan solusi kreatif berbasis teknologi untuk membantu mengatasi persoalan perundungan secara digital di kalangan anak.
"Uni Eropa berkomitmen terhadap perlindungan hak-hak anak. Anak-anak memiliki potensi untuk menjadi agents of change dan adalah pemimpin masa depan," kata Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia.
Baca juga: Ini fitur Tiktok untuk lindungi dari perundungan siber
"Lebih dari satu tahun setelah pandemi COVID-19, anak-anak masih menjadi salah satu kelompok yang paling terkena dampak besar dalam menghadapi new normal," imbuhnya.
Dengan sebagian besar aktivitas dilakukan secara daring, platform-plarform digital sekarang digunakan untuk tujuan pendidikan dan pribadi.
Namun, dengan peningkatan aktivitas digital ini juga terdapat peningkatan kasus perundungan siber yang di Indonesia merupakan salah satu isu utama yang berdampak negatif pada kesejahteraan anak.
Tahun ini, Social Digithon diselenggarakan sebagai bagian dari rangkaian acara EU4HumanRights yang memperingati Hari Hak Asasi Manusia 2021.
Uni Eropa berharap acara ini dapat memicu kepedulian yang lebih tinggi dari pemuda Indonesia untuk menemukan solusi berbasis teknologi dalam konteks nyata.
Pendaftaran peserta EU Social DigiThon 2021 dibuka sepanjang 24 September-29 Oktober 2021 melalui http.digithon.eu.
Kompetisi ini terbuka bagi siswa sekolah menengah, sekolah kejuruan, mahasiswa politeknik, murid sekolah coding, anggota komunitas teknologi, pengembang program, perusahaan rintisan maupun inkubator bisnis berbasis teknologi, baik secara individu maupun kelompok.
Peserta diminta untuk mengirimkan proposal konsep gagasan mereka. Sepuluh finalis terpilih akan kemudian memaparkan solusi mereka di hadapan Dewan Juri yang terdiri dari perwakilan Delegasi Uni Eropa dan para mitra.
Tiga pemenang akan mendapatkan hadiah uang tunai, serta program bimbingan dari pakar asal Eropa, untuk mewujudkan serta mengembangkan gagasan mereka.
Baca juga: Budaya berpikir sebelum bertindak di medsos cegah perundungan siber
Baca juga: Lima tips mengurangi risiko perundungan di Twitter
Baca juga: Pentingnya platform daring wadahi pengaduan kasus perundungan
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021