Penggabungan bisnis antarperusahaan telekomunikasi seperti Indosat dan Tri, dapat mempercepat pembangunan infrastruktur 5G dalam mendorong Indonesia menjadi negara digital
Penggabungan bisnis Indosat dan Tri dinilai menjadi salah satu lompatan besar bagi pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang siap menjalankan ekonomi digital, karena akan lebih mudah mengembangkan infrastruktur layanan 5G di Tanah Air.
“Penggabungan bisnis antarperusahaan telekomunikasi seperti Indosat dan Tri, dapat mempercepat pembangunan infrastruktur 5G dalam mendorong Indonesia menjadi negara digital,” kata Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Muhammad Ridwan Effendi di Jakarta, Senin.
Menurut Ridwan, merger Indosat-Tri sejatinya membentuk sebuah perusahaan yang memiliki skala yang lebih besar, dari sisi kekuatan finansial dan keahlian untuk mendorong inovasi, meningkatkan pengalaman pelanggan, dan memiliki posisi yang lebih baik untuk 5G
“Ini langkah strategis yang menyatukan bisnis yang sangat saling melengkapi untuk menciptakan perusahaan telekomunikasi dan internet digital kelas dunia baru untuk Indonesia. Untuk menjalan ekonomi digital, Indonesia harus mengadopsi teknologi dan aplikasi digital yang lebih baik sesegera mungkin,” katanya.
Menurut catatan Kementerian Keuangan, ekonomi digital Indonesia diprediksi tumbuh hingga delapan kali lipat pada 2030 dari Rp632 triliun menjadi Rp4.531 triliun. E-commerce akan memerankan peran yang sangat besar, yaitu 34 persen atau setara dengan Rp1.900 triliun.
Untuk mengoptimalkan potensi ekonomi digital tersebut, terdapat terdapat sejumlah hal yang harus ditingkatkan, antara lain infrastruktur telekomunikasi serta perlindungan konsumen digital.
Ridwan menjelaskan, dengan kekuatan finansial yang lebih besar maka Indosat-Tri memiliki kesempatan yang lebih besar untuk membangun tidak hanya infrastruktur tetapi juga bisa melakukan transformasi digital yang lebih luas.
Operator telekomunikasi, katanya, tidak bisa lagi hanya berbisnis jaringan saja, harus cepat-cepat melakukan transformasi bisnis.
“Kalau hanya bermain pada jaringan maka pendapatan perusahaan akan semakin mengecil, karena bisnis digital hanya akan dinikmati perusahaan asing penyedia layanan over the top (OTT) atau bisnis layanan digital dengan konten berupa data, informasi atau multimedia yang berjalan melalui jaringan internet,” katanya.
Dari sisi kemampuan, Indosat yang dibackup Qatar dan Hutchison memang bukan pemain utama dalam industri telekomunikasi dunia, tapi dari sisi permodalan memberikan kepastian investasi dalam pengembangan layanan.
“Sesuai dengan pengalamannya, Indosat memiliki kesempatan untuk menyediakan konten-konten yang berkualitas bukan hanya hiburan, tetapi juga konten yang dapat mendorong ekonomi digital seperti aplikasi pengembangan UMKM, aplikasi kesehatan maupun pendidikan,” katanya.
Dalam mengembangkan layanan 5G, Ridwan menambahkan bahwa Indosat-Tri sangat siap karena memiliki frekuensi yang sangat cukup. Dari sisi spektrum frekuensi, penggabungan Indosat dan tri menggenggam frekuensi sebesar 72,5 MHz terdiri atas frekuensi 900 MHz (2 X 12,5), frekuensi 1800 MHz (2 X 20, 2 X 10), dan frekuensi 2100 MHz (4 X 15).
“Ini menjadi modal yang memadai bagi Indosat-Tri untuk mengelola jumlah pelanggannya dan potensi penambahan jumlah pelanggan baru, serta layanan-layanan atau aplikasi digital yang dikeluarkan entitas baru tersebut,” kata Ridwan.
Investasi besar
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi (Apjatel) Muhammad Arif Angga mengatakan, untuk membangun sebuah ekonomi digital berbasis layanan 5G dan pengembangannya ke depan, dibutuhkan investasi atau biaya biaya modal yang sangat besar.
“Indonesia dalam implementasi teknologi 5G masih sangat tertinggal dibanding negara lain, selain karena persoalan regulasi juga karena minimnya belanja modal dan belanja operasional operator telekomunikasi di Indonesia,” katanya.
Dengan mergernya Indosat-Tri ini, menjadi sebuah harapan besar bagi industri dan tentunya bagi masyarakat untuk mendapat layanan yang semakin berkualitas dan harga yang lebih terjangkau bagi publik.
“Indosat-Tri diharapkan mampu menjawab pentingnya pemerataan infrastuktur telekomunikasi hingga ke daerah-daerah, yang selama ini enggan dimasuki oleh operator lainnya,” katanya
Sebelumnya, Director & Chief Operating Officer Indosat Ooredoo Vikram Sinha mengatakan penggabungan Indosat-Tri di Indonesia yang merupakan transaksi telekomunikasi terbesar di Asia bernilai 6 miliar dolar AS, diyakini mampu mempercepat inovasi digital serta kualitas layanan di Indonesia.
"Selain itu penggabungan dua perusahaan juga akan memberikan kontribusi terhadap rencana pemerintah Indonesia menuju sebuah negara digital," kata Vikram.
Dikatakan Vikram, perusahaan gabungan akan memiliki skala, kemampuan keuangan, dan keahlian untuk bersaing dengan lebih efektif.
Penggabungan aset dan produk dari dua perusahaan yang saling melengkapi akan mendorong inovasi dan pengembangan jaringan yang akan memungkinkan perusahaan memberikan layanan digital terbaik dan memperluas tawaran produknya bagi pelanggan di berbagai pelosok Indonesia.
Baca juga: Penggabungan Indosat-Hutchison percepat digitalisasi di Indonesia
Baca juga: Makin kuat pascamerger Indosat-H3I, analis rekomendasikan saham ISAT
Baca juga: Indosat Ooredoo hadirkan Gerai Online peringati Harpelnas 2021
Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021