• Beranda
  • Berita
  • Asia bergulat dengan kejatuhan Evergrande, amati krisis listrik China

Asia bergulat dengan kejatuhan Evergrande, amati krisis listrik China

28 September 2021 10:08 WIB
Asia bergulat dengan kejatuhan Evergrande, amati krisis listrik China
Logo MSCI. ANTARA/REUTERS/Thomas White

Apa yang kita lihat di China dengan para pengembang dan pemadaman listrik akan menjadi beban negatif di pasar Asia

Saham-saham Asia sebagian besar melayang lebih rendah pada perdagangan Selasa pagi, karena investor terus khawatir atas krisis utang China Evergrande Group yang belum terpecahkan dan mengamati potensi dampak dari meluasnya kekurangan listrik di China.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,13 persen, setelah sesi beragam di Wall Street.

Pada awal perdagangan Selasa, indeks acuan S&P/ASX200 Australia turun hampir 1,0 persen, sementara indeks Nikkei Jepang turun 0,6 persen.

Indeks saham unggulan China CSI300 naik tipis 0,1 persen pada pembukaan, dan Indeks Hang Seng Hong Kong menguat 0,44 persen.

Masa depan Evergrande, pengembang properti paling berutang di dunia, sedang diteliti secara forensik oleh investor setelah perusahaan pada Jumat (24/9/2021) lalu tidak memenuhi tenggat waktu untuk melakukan pembayaran bunga kepada pemegang obligasi luar negeri.

Evergrande memiliki waktu 30 hari untuk melakukan pembayaran sebelum jatuh ke gagal bayar dan otoritas Shenzhen sekarang sedang menyelidiki unit manajemen kekayaan perusahaan.

Tanpa mengacu pada Evergrande, Bank Sentral China (PBOC) mengatakan Senin (27/9/2021) dalam sebuah pernyataan yang diposting ke situs webnya bahwa mereka akan "menjaga hak-hak sah konsumen perumahan".

Sementara itu, meluasnya kekurangan listrik di China menghentikan produksi di sejumlah pabrik termasuk pemasok untuk Apple Inc dan Tesla Inc, serta diperkirakan akan memukul sektor manufaktur negara itu dan rantai pasokan terkait.

Analis memperingatkan pemadaman yang sedang berlangsung dapat mempengaruhi saham industri yang tercatat di negara itu.

"Apa yang kita lihat di China dengan para pengembang dan pemadaman listrik akan menjadi beban negatif di pasar Asia," Tai Hui, kepala strategi pasar Asia JPMorgan Asset Management mengatakan kepada Reuters.

"Kebanyakan orang mencoba mencari tahu potensi efek penularan dari Evergrande dan seberapa jauh dan luasnya. Kami terus memantau respons kebijakan dan kami mulai melihat beberapa pergeseran ke arah mendukung pembeli rumah yang kami harapkan."

Di Wall Street, Dow Jones Industrial Average naik 144,36 poin atau 0,41 persen menjadi 34.942,36 poin, indeks S&P 500 kehilangan 4,57 poin atau 0,10 persen menjadi 4.450,91 poin dan Komposit Nasdaq turun 68,29 poin atau 0,45 persen menjadi 14.979,41 poin.

Imbal hasil obligasi yang meningkat mendorong pergeseran dari saham-saham pertumbuhan ke saham siklikal di Amerika Serikat, dalam suatu langkah yang diperkirakan para analis bisa menjadi lebih permanen setelah periode imbal hasil obligasi yang tertekan dalam waktu lama.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS melonjak ke level tertinggi tiga bulan, menyentuh 1,516 persen semalam setelah langkah Federal Reserve pekan lalu mengindikasikan stimulus fiskal dapat diturunkan pada awal November.

Investor AS menantikan pidato akhir pekan ini dari beberapa pejabat senior Fed, serta mengawasi setiap perkembangan di China Evergrande, kata broker Ord Minnett dalam sebuah catatan.

Di perdagangan Asia, dolar naik hampir 0,1 persen sejalan dengan kinerjanya di sesi internasional Senin (27/9/2021) setelah naik bersamaan dengan imbal hasil obligasi.

Emas datar, sementara minyak mentah Brent turun 0,2 persen.

Baca juga: IHSG diproyeksikan datar di tengah beragamnya bursa global
Baca juga: Saham China dibuka lebih rendah lanjutkan kerugian sehari sebelumnya
Baca juga: Wall Street bervariasi, S&P dan Nasdaq jatuh terseret saham teknologi

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021