Saat ditemui wartawan usai pembukaan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) 2021 Kabupaten Cilacap di Gedung HNSI Cilacap, Selasa, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan potensi gempa megatrust di selatan Jawa sebenarnya bukan hal baru.
"Sudah lama disampaikan oleh banyak pakar, banyak penelitian oleh pakar-pakar tentang potensi gempa megatrust yang ada di Samudra Hindia selatan Pulau Jawa, mulai dari Selat Sunda. Bahkan mulai dari sebelah barat Sumatera, Selat Sunda, sampai selatan Jawa, termasuk wilayah Cilacap diprakirakan kekuatannya, magnitudonya bisa melebihi 8 Skala Richter (SR)," katanya.
Menurut dia, gempa megatrust harus diantisipasi oleh masyarakat dan semua pihak karena BMKG tidak tahu kapan terjadi. "Sewaktu-waktu bisa terjadi," katanya, menegaskan.
Terkait dengan hal itu, dia mengatakan selain SLCN, pihaknya pada 4 Oktober 2021 juga akan memberikan program tentang bagaimana kesiapsiagaan dalam menghadapi ancaman gempa megatrust yang berpotensi membangkitkan tsunami menuju ke Pantai Cilacap.
Menurut dia, jalur evakuasi dan sistem peringatan dini gempa berpotensi tsunami sudah disiapkan.
"Ada sistem baru yang akan di-launching (diluncurkan, red.) dengan menggunakan HT. Nah besok itu (4 Oktober, red.) uji coba dan launching," katanya.
Lebih lanjut, Dwikorita mengatakan penggunaan HT dilakukan karena sistem yang sudah ada saat sekarang menggunakan aplikasi telepon pintar dan sirine.
Menurut dia, aplikasi telepon pintar memiliki kelemahan jika sinyal atau jaringan internet terputus saat gempa karena tsunami diawali dengan gempa megatrust.
"Kalau sinyal terputus, seperti di Palu, peringatan dini tidak bisa diterima karena sinyalnya terputus, listrik mati. Listrik mati mungkin sirine enggak berbunyi, nah kita harus punya alternatif lain yang tahan tanpa listrik, bisa tanpa sinyal HP (handphone), nah kami mencoba dengan HT," katanya, menjelaskan.
Sementara itu, anggota Komisi V DPR RI Novita Wijayanti mengimbau masyarakat untuk mengantisipasi berita-berita bohong atau hoaks terkait dengan informasi gempa berpotensi tsunami.
Dalam hal ini, kata dia, masyarakat bisa menghubungi BMKG untuk mendapatkan informasi akurat tentang kejadian gempa.
"Jangan sampai masyarakat mendapat informasi dari WA group atau media sosial, tapi ternyata itu berita bohong," katanya.
Pewarta: Sumarwoto
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021