Sebagai informasi, pada akhir Agustus pemerintah telah mengizinkan pelaksanaan PTM untuk wilayah yang masuk dalam zona Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 1 sampai 3.
Untuk wilayah Jakarta misalnya, Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta telah mengizinkan sejumlah sekolah yang memenuhi persyaratan untuk melaksanakan PTM terbatas tahap pertama. Belum lama ini, Dinas Pendidikan DKI juga akan menambah jumlah sekolah yang dapat menggelar PTM tahap kedua.
Kebijakan pelaksanaan PTM menimbulkan perdebatan dan kekhawatiran di kalangan orang tua. Sebagian merasa senang dapat melihat anak kembali berinteraksi secara langsung dengan guru dan teman-temannya, namun tidak sedikit yang khawatir untuk melepas anak kembali belajar di sekolah.
Berikut berapa hal dapat disiapkan orang tua sebelum melepas anak untuk sekolah tatap muka.
1. Bekali anak mengenai pemahaman dan pengetahuan tentang COVID-19
“Sebelum anak pergi ke sekolah, orang tua bisa memberi briefing terlebih dulu supaya mereka benar-benar paham. Kalau anak sudah paham mengenai COVID-19 dan harapannya anak sudah bisa menjaga diri, silakan dibawa atau masuk ke sekolah lagi,” kata Natasya saat media gathering virtual “Siap Sekolah Saat Pandemi” yang diselenggarakan Mama’s Choice pada Selasa.
Natasya mengatakan orang tua perlu menjelaskan kepada anak mengenai keadaan saat ini serta aturan pembelajaran tatap muka yang harus dipatuhi. Orangtua sebaiknya menanyakan pendapat anak saat akan menentukan pilihan antara mengikuti pembelajaran tatap muka atau tetap mengikuti sekolah daring.
2. Siapkan bekal makanan untuk anak
Orang tua perlu menyiapkan bekal makanan secukupnya sebelum anak pergi ke sekolah mengingat mereka tidak bisa makan dengan bebas dan sembarangan serta pembatasan waktu makan atau istirahat yang diberlakukan di sekolah.
“Harus benar-benar disiapkan dan disesuaikan kira-kira bekal makanan yang cocok untuk anak pada masa pandemi seperti saat ini, mungkin orang tua bisa bikin bekal makanan yang simpel saja,” tutur dokter spesialis anak yang berpraktik di Rumah Sakit Umum Bunda Jakarta itu.
3. Siapkan masker tambahan untuk anak
“Mungkin saat mereka bermain dan berlari-lari maskernya suka lepas atau tertinggal dan lupa. Orangtua bisa menyiapkan masker tambahan buat mereka untuk ganti di sekolah,” kata Nastasya.
Sebagian sekolah menerapkan kebijakan PTM dengan durasi waktu 2 sampai 3 jam saja, namun ada sebagian sekolah lagi yang menerapkan waktu PTM lebih lama sehingga masker tidak akan efektif mencegah virus COVID-19 apabila dikenakan secara terus-menerus.
“Apalagi anak-anak lebih banyak aktivitas bermain, jadi lebih cepat kotor. Maka siapkanlah masker untuk mereka ganti di sekolah,” ujarnya.
4. Siapkan kondisi fisik maupun mental anak
“Terakhir, persiapkanlah anak secara fisik maupun mental sehingga nanti mereka bisa mengikuti pelajaran sekolah dengan baik dan semaksimal mungkin meski dalam waktu yang singkat,” tutur Nastasya.
Terkait kesehatan fisik, ia juga menekankan agar orangtua selalu memastikan dan menjaga imunitas anak di masa pandemi dengan memberikan komposisi makanan yang bernutrisi dan jika diperlukan dapat memberikan suplementasi vitamin, seperti vitamin D dan C.
“Jika anak sudah cukup makan buah dan sayur serta komposisi makanannya sudah seimbang, suplemen vitamin C tidak diberikan pun tidak apa-apa, mungkin bisa ditambahkan vitamin D saja,” ujarnya.
Pada saat ini, vaksin COVID-19 baru tersedia untuk kelompok usia lebih dari 12 tahun sementara kelompok usia 6 sampai 11 tahun belum tersedia. Meski demikian, Nastasya mengingatkan orang tua tetap perlu memastikan kelengkapan imunisasi-imunisasi lainnya.
Untuk kesehatan mental, Nastasya mengatakan “happy hormon” yang dimiliki manusia dapat merangsang imunitas tubuh sehingga menjadi penting untuk menjaga kestabilan emosi dan melakukan me time untuk melepas stres, terutama untuk para orangtua yang mengasuh anak setiap saat dan emosi tersebut dapat mempengaruhi kondisi mental anak.
“Maka penting sekali untuk mengecek gelas emosi. Kalau saya mengibaratkan setiap orang punya gelas emosi yang perlu diisi agar dia tetap stabil, jangan sampai dia terlalu penuh atau jangan sampai dia kosong karena itu akan mengakibatkan emosi kita jadi berantakan,” pungkas Natasya.
Baca juga: Pemda diminta percepat vaksinasi pendidik dukung PTM
Baca juga: Psikolog: Menjaga psikologis anak saat PTM sangat penting
Baca juga: Dokter Reisa beberkan sejumlah syarat pelaksanaan PTM di sekolah
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021