• Beranda
  • Berita
  • Saham China tertekan krisis listrik, indeks Shanghai jatuh 65,92 poin

Saham China tertekan krisis listrik, indeks Shanghai jatuh 65,92 poin

29 September 2021 16:08 WIB
Saham China tertekan krisis listrik, indeks Shanghai jatuh 65,92 poin
Ilustrasi - Investor melihat layar komputer yang menunjukkan informasi saham di sebuah rumah broker di Shanghai. ANTARA/REUTERS/Aly Song/am.
Saham-saham China ditutup lebih rendah pada perdagangan Rabu, karena krisis listrik yang meluas mendorong investor untuk keluar dari sektor-sektor yang rentan terhadap penutupan pabrik, termasuk bahan kimia dan pembuatan baja.

Indikator utama Bursa Efek Shanghai, Indeks Komposit Shanghai jatuh 1,83 persen atau 65,92 poin menjadi berakhir di 3.536,29 poin. Indeks saham unggulan CSI300 tergerus 1,02 persen atau 49,90 poin menjadi menetap di 4.833,93 poin.

Sementara itu, Indeks Komponen Shenzhen yang melacak saham-saham di bursa kedua China berakhir 1,64 persen atau 234,80 poin menjadi 14.079,02 poin.

Para analis mengatakan krisis pasokan listrik, yang telah menutup pabrik di seluruh negeri, dapat menimbulkan ancaman yang jauh lebih besar terhadap ekonomi daripada krisis utang di Evergrande Group.

Investor menghindari industri yang rentan terhadap kekurangan listrik, dengan saham-saham logam non-besi, baja dan bahan kimia anjlok antara 3,0 persen hingga 5,4 persen.

Sebagai akibatnya, Goldman Sachs dan Nomura telah merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi China tahun ini.

Baca juga: Saham China berakhir naik, investor sambut jaminan bank sentral

China mendesak perusahaan kereta api untuk memperkuat transportasi batu bara dan meminta pemerintah daerah untuk memantau dengan cermat pasokan, permintaan, dan persediaan batu bara di pembangkit listrik.

Sub-indeks energi dan sub-indeks batu bara masing-masing anjlok lebih dari 5,0 persen.

Gubernur bank sentral China Yi Gang mengatakan potensi tingkat pertumbuhan ekonomi China diperkirakan masih akan tetap berada di kisaran 5,0 persen hingga 6,0 persen dan negara itu akan tetap dengan pengaturan kebijakan moneter normal selama mungkin.

Sektor real estat dan perbankan naik, setelah Evergrande Group yang kekurangan uang mengatakan berencana untuk menjual 1,5 miliar dolar AS saham yang dimilikinya di Shengjing Bank Co Ltd ke perusahaan manajemen aset milik negara.

Beijing mendorong perusahaan milik pemerintah dan pengembang properti yang didukung negara seperti China Vanke Co Ltd untuk membeli beberapa aset Evergrande, kata orang yang mengetahui masalah tersebut.

Baca juga: Saham Australia jatuh, pasar khawatir inflasi dan pelambatan ekonomi

Baca juga: Saham Korsel berakhir di terendah 1 bulan, KOSPI merosot 1,22 persen

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021