• Beranda
  • Berita
  • Peneliti: Komitmen China tak bangun PLTU baik bagi kelestarian hayati

Peneliti: Komitmen China tak bangun PLTU baik bagi kelestarian hayati

29 September 2021 23:04 WIB
Peneliti: Komitmen China tak bangun PLTU baik bagi kelestarian hayati
Pembangkit listrik bertenaga batu bara di kawasan Teluk Sepang Kota Bengkulu merupakan salah satu pembangkit yang didanai oleh Industrial and Commercial Bank of China (ICBC). ANTARA/Helti Marini Sipayung/am.
Peneliti Keanekaragaman Hayati dari Perkumpulan Aksi Ekologi dan Emansipasi Rakyat (AEER) Tresa Variyani Zen menilai komitmen pemerintah China tidak akan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara baru di luar negeri merupakan kabar baik bagi pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia.

"Salah satu dampak pertambangan batu bara dan industri turunannya yaitu PLTU batu bara adalah hilangnya kawasan hutan dengan berbagai tipe yang artinya kita juga kehilangan keanekaragaman hayati," kata Tresa saat media briefing dengan topik "Komitmen Iklim Presiden China Xi Jinping: Bagaimana Implikasinya terhadap Project-Project Batubara dengan Afiliasi Pendanaan Institusi Keuangan Tiongkok di Indonesia" yang digelar secara virtual oleh Koalisi #BersihkanIndonesia, dipantau di Jakata, Rabu.

Ia mencontohkan proyek PLTU batu bara Jambi 1 dan 2 yang saat ini sedang dalam perencanaan dan masih tercatat dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) yang dikhawatirkan mengancam keberlanjutan keanekaragaman hayati khas Pulau Sumatera, seperti harimau dan gajah Sumatera.

Karena itu, komitmen pemerintah China dinilai sangat positif dalam upaya pelestarian flora dan fauna serta kawasan hutan yang berfungsi menyerap karbon sehingga target penurunan emisi dapat dicapai.

”Jika konsentrasi gas rumah kaca terus meningkat, keefektifan ekosistem dalam penyerapan CO2 pun akan menurun," kata Tresa.

Karena itu perlu dikurangi dari sumbernya, salah satunya pembakaran batu bara.

"Kita sedang menghadapi krisis iklim, tindakan signifikan harus dilakukan dari sekarang untuk mencegah potensi bencana, serta kerusakan sistem pertanian dan juga ekosistem alami," kata Tresa.

Sementara Andri Prasetiyo, Peneliti Trend Asia, menilai komitmen pemerintah China itu perlu diperjelas lagi karena bisa saja Tiongkok masih mendukung PLTU batu bara lewat transfer teknologi atau sistem lain.

"Pengumuman dar Xi Jinping ini bisa jadi lonceng berakhirnya era energi kotor hanya saja perlu diawasi lebih jauh apakah tidak membangun baru tapi masih mendukung dari sisi teknologi," ujarnya.

Komitmen pemerintah China ini seharusnya menjadi dasar bagi pemerintah Indonesia untuk segera membatalkan rencana proyek PLTU baru yang masih tercatat dalam RUPTL.

​​​​​​Sebelumnya, dalam sidang umum ke-76 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang digelar di New York pada Selasa (21/9), Presiden Tiongkok Xi Jinping berjanji tidak akan mendanai proyek PLTU batu bara baru di luar negeri.

"Tiongkok akan berusaha untuk mencapai puncak emisi karbon dioksida yang dilepaskan sebelum 2030 dan mencapai karbon netral sebelum 2060," kata Xi Jinping.

Tiongkok, kata Jinping, juga berkomitmen mendukung negara berkembang dalam mengembangkan energi hijau dan rendah karbon.
Baca juga: Aktivis sambut komitmen China hentikan pendanaan PLTU batu bara
Baca juga: IESR: Kebijakan pensiunkan PLTU batu bara untuk dukung dekarbonisasi



 

Pewarta: Helti Marini S
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2021